Single Mom: Bab 30

12.4K 822 65
                                    

Airin keluar dari ruang meeting disusul Nana, mereka baru saja selesai meeting. Nanti jam dua Airin kembali meeting tapi dengan orang-orang yang berbeda.

"Airin ..." panggil seorang pria mengejarnya. "Ayo makan siang bareng," ucapnya saat bisa menyeimbangi langkah Airin.

"Saya bawa bekal," jawab Airin berbohong.

"Kalau gitu saya pesan makanan terus makan di ruangan kamu."

"Gak terima tamu." Airin terus melangkah menuju ruangannya.

Pria itu menghentikan langkahnya lalu menghela napasnya.

"Dah, mundur aja, Pak. Bu Airin ibaratnya seperti bintang, gak bisa digapai," ucap Nana.

"Yang seperti dia itu yang membuat saya semakin suka! Semangat! Gak boleh nyerah."

"Menyukai bu Airin adalah patah hati yang disengaja." Setelah mengatakan itu Nana melangkah pergi.

"Na, kamu mau ikut aku makan siang?" tanya Airin.

"Makan di mana, Mbak?" tanya Nana. Jika saat berduaan ia akan memanggil Airin dengan sebutan 'mbak' Airin kurang suka dipanggil 'Bu'.

"Aku mau makan soto."

Nana mengangguk m "Ikut! Sudah lama pengen makan soto," jawabnya. "Aku kira Mbak beneran bawa bekal."

Airin terkekeh. "Enggak lah, itu salah satu cara nolak dia. Sebenarnya aku risih, kalau ada meeting dan bertemu dia, pasti ganggu. Pengen banget mengakhiri kontrak kerja sama perusahaan mereka, tapi itu namanya tidak profesional."

"Sabar ya, Mbak ... cuma satu tahun lagi kok. Kalau mereka mau memperpanjang kontrak kerja, jangan terima."

"Iya, Na. Aku ambil tas dulu." Airin memasuki ruangannya. Ia meletakan iPad dan berkas yang ia bawa, lalu mengambil tasnya, setelah itu, keluar ruangannya.

"Ayo, Na!" ajak Airin menatap Nana yang terlihat sudah siap dengan tasnya.

"Iya, Mbak."

"Na, di mana ya kira-kira orang jualan kue pukis? Si kembar minta beliin." Airin menatap layar ponselnya sedang membalas pesan Aera.

"Dekat simpang tiga, Mbak! Di samping Alfamart," jawab Nana.

"Jam tiga sudah buka?" tanya Airin menoleh menatap Nana.

"Iya, Mbak. Pas banget itu waktu Mbak pulang. Mereka bukanya memang cepat. Beda sama yang lain yang kebanyakkan buka jam empat sore atau menjelang malam. Mereka juga jual martabak, Mbak. Rasanya lumayan enak kok."

"Nanti aku coba ke sana, semoga aja mereka dah buka."

Sampai di parkiran, Airin dan Nana langsung masuk ke dalam mobil, tidak lama kemudian Airin menginjak pedal gas pergi meninggalkan parkiran kantor.

"Ck." Nana berdecak kesal sambil menatap layar ponselnya.

Airin menoleh ke arah Nana lalu kembali fokus pada jalanan. "Kenapa, Na? Gak dibalas pacar kamu ya?" tanya Airin.

"Mbak tau aja. Iya nih, padahal centang dua tapi gak dibaca."

"Mungkin sibuk, Na ..."

"Dia online loh, Mbak. Onlinenya sekarang bukan karena aku! Lama-lama aku jadi negative thinking. Takutnya dia bosan dan tiba-tiba menjauh," ucap Nana lalu menghela napasnya. Gadis itu sudah biasa curhat dengan bosnya, begitu juga dengan Airin, mereka sering bertukar cerita.

"Kalaupun pada akhirnya dia menjauh dan pergi, itu artinya dia bukan yang terbaik. Sudah, jangan galau ... kalau cemberut gitu jadi hilang cantiknya."

Nana memukul pelan tangan Airin. "Ih, Mbak!" Nana mengerucutkan bibirnya.

Airin, Single Mom (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang