Airin: 34

11.8K 742 50
                                    

Sekarang Airin dan Arkan sudah berada di rumah Ilham. Baru sampai Lilis sudah menyuruh mereka menginap, syukurnya Airin sudah menyiapkan pakaian ganti untuk suaminya, karena ia sudah menduga nantinya pasti akan disuruh menginap.

"Berapa hari di sini?" tanya Lilis menaruh nampan berisi es teh dan kue untuk.

"Minggu kami pulang, Nek," jawab Airin langsung mengambil kue kesukaannya itu. "Ah, panas."

"Baru masak, makanya panas. Tunggu dulu," ucap Ilham terkekeh melihat cucunya yang kepanasan.

"Dah gak sabar, Kek. Lama gak makan untuk." Airin meniup-niup kue itu, setelah dirasa sudah gak panas lagi ia menyodorkan ke mulut Arkan. "Cobain deh, Mas. Kamu belum pernah makan kue ini."

Arkan membuka mulutnya, menerima suapan dari Airin. "Ummm ... Rasanya seperti roti ya."

"Ini roti goreng khas Kalimantan Selatan, Mas. Roti goreng isi kelapa parut yang dikasih gula merah."

"Enak!"

"Ambil, Cu ... tapi masih panas," ucap Lilis.

"Iya, Nek." Arkan mengangguk sambil tersenyum.

"Kakek kira kalian datangnya pagi, ditunggu-tunggu gak datang-datang," ucap Ilham.

"Pagi ke pabrik dulu, Kek. Setelah dari pabrik ke toko sebentar, terus mampir ke rumah Tante Halimah. Pulang dari rumah Tante, Om Naim nyuruh mampir juga. Liat statusku di wa, aku selfie bareng Tante, Om Naim juga mau kami datang ke rumah beliau," jawab Airin.

"Si kembar mana?" tanya Reno, sepupu Airin.

"Mereka gak mau ikut."

"Yah, padahal pengen ketemu, lama banget gak ketemu si kembar."

"Siapa suruh kemarin waktu acara gak ke Surabaya," ucap Airin.

"Aku tuh sebenernya mau, Kak ... Tapi ayah nyuruh jaga rumah aja. Akhir-akhir ini komplek kurang aman, beberapa rumah kemalingan. Ah iya, selamat ya, Kak ... Bang! Semoga menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah dan semoga si kembar cepat punya adik!"

"Aamiin ... Kamu kapan, Ren? Ada niat pengen nikah muda?"

"Enggak ah. Mau fokus cari uang dulu," jawab Reno.

"Oh iya, sidang kapan?" tanya Airin.

"Sebentar lagi, Kak."

"Akhirnya ... mau lulus juga kamu. Aku kira betah jadi mahasiswa."

"Ck, itu juga karena diancam mama kalau nunda-nunda lulus," balas Reno.

"Segitu gak pengennya kamu ngambil alih perusahaan mama kamu." Airin menggeleng-gelengkan kepalanya menatap adik sepupunya itu.

"Mama gak ngizinin aku bikin kafe, padahal aku pengen punya usaha sendiri."

"Ya udahlah, jalanin aja."

"Mau gimana lagi ..."

"Nanti ajak Mas Arkan ke kebun kopi ya, Ren. Sama ke gudang juga, Abang kamu mau liat kebun kopi," ucap Airin lalu menyesap tehnya.

"Siap! Abang kalau mau metik kopi juga boleh! Kebetulan kopinya sebagian sudah siap panen," ucap Reno menatap Arkan.

"Boleh juga tuh ..." jawab Arkan.

"Sore-sore aja, Bang. Biar enak."

"Iya, terserah aja." Arkan mengambil kue untuk yang ia rasa sudah tidak panas lagi.

"Dengar-dengar Nak Arkan pernah mondok, berapa tahun?" tanya Ilham.

"Sekitar enam tahunan, Kek. Setelah lulus SD langsung disuruh mondok di pesantren milik Eyang. Setelah lulus, lanjut kuliah di Mesir," jawab Arkan.

Airin, Single Mom (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang