Single Mom: Part 10

19.9K 1K 26
                                    

Airin tersenyum menatap kedua anaknya yang masih terlelap tidur. Tidak biasanya putranya bangun terlambat, biasanya sekitar jam enam atau setengah tujuh, putranya pasti sudah bangun. Kalau Aera? putrinya memang sedikit sulit dibangunkan dan sering terlambat bangun.

"Abang ... Aera ... Bangun, Nak." Airin menepuk pelan pipi Aera, lalu beralih menepuk pipi Aiden, beberapa detik kemudian matanya melotot kaget merasa hangat saat menyentuh pipi putranya. Ia meletakkan punggung tangannya di dahi dan dugaannya benar, putranya sakit.

"Astaghfirullah ..." Airin mengambil telpon rumah yang ada di atas meja samping ranjang, ia menghubungi orang yang ada di lantai bawah meminta bubur, obat dan baskom kecil untuk mengompres Aiden.

"Emph ... hiks ... Bunda," ucap Aiden lirih.

"Badan Abang panas banget."

"Kepala Abang cakit, Bunda ... emph ..."

"Sini sama bunda." Airin mendudukkan Aiden di pangkuannya, memposisikan Aiden seperti menggendong bayi. "Kasian anak bunda sakit. Setelah ini minum obat." Airin mengusap lembut kepala Aiden.

"Cakit Bunda ..."

Airin bangkit dari duduknya, menggendong Aiden menenangkannya seperti menenangkan bayi yang sedang menangis. Jika sedang sakit, Aiden akan rewel dan pasti menangis, ia juga akan lebih manja dan selalu ingin bersama bundanya.

Tok ... tok ...

Setelah terdengar suara ketukan pintu, pintu terbuka. Laila masuk ke dalam kamar sambil membawa nampan berisi bubur, air hangat obat dan baskom.

"Cepat banget bikin buburnya, Mbak."

"Kami pagi ini memang bikin bubur, untuk si kembar. Panas banget ya badan Aiden?"

"Iya, Mbak. Sakit kepala katanya."

"Abang makan dulu yuk? setelah itu minum obat. Sini mbak suapin."

"Mbak, ambilkan handuk kecil di laci lemari," ucap Airin duduk di sofa masih menggendong Aiden.

Laila meletakkan nampan yang ia bawa di atas meja, lalu mengambil handuk kecil. Setelah itu ia menghampiri Airin dan duduk di samping wanita itu.

"Kepalanya di kompres dulu ya." Laila mencelupkan handuk yang sudah ia lipat ke dalam baskom setelah diperas, ia meletakkan handuk basah itu di dahi Aiden.

"Makan dulu ya, Nak."

"Abang ndak lapal," jawabnya.

"Makan sedikit ... saja. Setidaknya perut Abang gak kosong," ucap Laila sambil memegang mangkuk bubur bersiap menyuapi Aiden.

"Ndak mau hiks ... kepala Abang cakit."

"Nah, makannya harus makan biar gak sakit. Ayo makan sedikit saja."

"Abang mau tidul ... cakit."

"Setelah makan dan minum obat, baru Abang tidur. Gapapa tidur, tapi makan dulu, Nak," ucap Airin.

"Buka mulutnya, Nak," ucap Laila.

Aiden membuka sedikit mulutnya menerima suapan dari Laila.

"Bunda ..." ucap Aera yang ternyata sudah bangun.

"Kenapa, Sayang?"

"Cini ... Aela mau peluk Bunda." Airin terkekeh mendengarnya, putrinya itu mempunyai kebiasaan yang unik, setiap bangun tidur ia selalu memintanya memeluknya.

"Nanti ya, Nak. Nih Abang Aera lagi sakit."

Aera yang tadinya ingin menangis langsung terdiam sambil menatap abangnya. "Abang cakit?" tanyanya.

Airin, Single Mom (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang