Kalau ada typo kasih tau ya ...
.
.
.
.Jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan malam, tapi Airin masih ada di ruang kerjanya, lebih tepatnya, ia masih ada di kantor berkutat di depan laptop. Masalah perusahaan yang membuatnya akhir-akhir sangat sibuk dan selalu pulang malam.
Airin benar-benar ingin segera menyelesaikan pekerjaannya agar bisa cepat pulang. Ini sudah hampir satu minggu ia sibuk dan pulang malam, bahkan ia membawa baju ganti ke kantor agar bisa mandi di sana dan berganti pakaian saat sore hari. Ia berangkat sangat pagi, menghabiskan waktu seharian di kantor lalu pulang malam dan langsung tidur karena tubuhnya yang sangat lelah.
Jam terus berputar, tanpa terasa sudah jam sembilan malam. Airin langsung menutup laptopnya, matanya terasa sangat sakit dan lelah, ia ingin segera tidur.
Airin mematikan lampu di ruangannya, setelah itu ia beranjak pergi keluar dari ruangan.
Suasana kantor di malam hari nampak sepi, memang hanya ada ia yang ada di kantor. Bahkan ia tidak merasa takut meskipun hanya sendirian.
Sampai di parkiran, Airin langsung masuk ke dalam mobilnya, lalu menginjak pedal gas meninggalkan kawasan kantor.
Beberapa menit kemudian Airin sampai di rumahnya. Ia memasuki rumah dengan langkah gontai. Lampu ruang tengah masih menyala, menandakan bahwa masih ada yang belum tidur.
"Airin," panggil Zoya. "Ke sini kamu!" titahnya.
Airin langsung menurut lalu duduk di sofa yang berbeda. "Kenapa, Bun?"
"Lagi?" ucap Zoya sambil melipat tangannya di dada. "Lagi dan lagi kamu pulang malam! Berangkat pagi, pulangnya malam, anak-anak terabaikan ... kamu sadar gak sih? Kamu sudah mengabaikan mereka? Mereka gak sempat ketemu kamu saking paginya ke kantor, saat mereka sudah tidur, kamu baru pulang."
Airin terdiam sambil menundukkan kepalanya, ia sadar ... sangat sadar dengan apa yang ia lakukan. Ia sudah mengabaikan anak-anaknya, tapi ... itu bukanlah keinginannya. Perusahaan benar-benar dihadapkan dengan masalah besar, ia berusaha menanganinya agar perusahaan yang papanya bangun dari nol tidak berakhir kehancuran.
"Jika bekerja di perusahaan papa yang membuat kamu melupakan si kembar mending kamu keluar dari perusahaan itu!"
Zoya marah dan kecewa, kenapa anaknya tiba-tiba gila kerja dan bahkan mengabaikan perannya sebagai seorang ibu.
"Aku sibuk karena ada alasannya, Bunda ... bukan keluyuran atau melakukan hal yang tidak berfaedah. Perusahaan hampir gulung tikar,
a-aku gak bisa diam aja. Aku merasa tanggung jawabku lebih besar, ada banyak orang yang bergantung pada perusahaan itu untuk mencari nafkah. Aku tidak ingin perusahaan papa bangkrut dan hancur begitu saja."Zoya menghela napasnya, lalu menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa. "Kalau kamu kesusahan menyelesaikan masalah itu, minta bantuan Abang kamu. Bicarakan dan cari solusinya bersama. Bunda gak suka kamu seperti ini meskipun alasannya demi kantor. Sesibuk apapun, kamu harus tetap memprioritaskan anak-anak! Bunda gak mau tau, kalau besok-besok masih pulang malam, keluar saja dari perusahaan itu!" Setelah mengatakan itu, Zoya bangkit dari duduknya lalu melangkah pergi meninggalkan Airin.
Airin menghela napas berat, ia lelah ... sangat lelah. Setelah cukup lama duduk, ia memutuskan untuk ke kamar, ia ingin segera tidur.
Sesampainya di kamar, Airin tidak langsung mengganti pakaiannya, ia duduk di sisi ranjang sambil menatap kedua anaknya yang terlelap tidur. Perasaan bersalah menghampirinya, dadanya tiba-tiba terasa sesak mengingat betapa jahatnya ia yang mengabaikan kedua anaknya.
Airin mengusap pipi mulus Aera. "Maafin bunda, Sayang ... Maaf ..." ucapnya lirih. Air matanya tiba-tiba mengalir membasahi pipinya, dengan cepat Airin menghapusnya. Ia membaringkan tubuhnya secara perlahan, takut mengganggu tidur kedua anaknya, lalu ia memeluk Aera sambil memejamkan matanya hingga akhirnya ... ia ikut tertidur tanpa mengganti pakaiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airin, Single Mom (End)
Teen FictionTiga hari setelah resmi bercerai, Airin baru tahu bahwa dirinya tengah hamil. Ia merahasiakan kehamilannya dan memilih mengasingkan diri tinggal di sebuah villa yang ada di hutan Kalimantan Selatan. Di sana Airin memulai kehidupan barunya bersama a...