Setelah satu Minggu tidak ke pabrik dan tidak ke toko, Airin kembali beraktivitas seperti biasanya. Si kembar juga sudah sehat, Airin bisa kembali bekerja. Sebenarnya pekerjaannya tidak banyak, pekerjaannya sangat santai. Di sisi lain, ia punya Tiara yang selalu membantunya dan meringankan pekerjaannya.
Selesai mencek toko dan menyelesaikan urusan penting di sana, Airin menuju pabriknya. Hari ia ada jadwal meeting bersama karyawan-karyawannya, membahas tentang cokelat yang akan mereka keluarkan dengan rasa terbaru. Cokelat yang akan dibuat, cokelat susu, nantinya akan ada dua warna dalam satu batang cokelat, putih dan cokelat. Warna putih perpaduan antara cokelat dan susu. Airin juga berencana ingin membuat cokelat black pink, bahan utamanya masih cokelat, hanya saja diberi pewarna untuk menghasilkan warna hitam, sedangkan warna pink, berasal dari cokelat strawberry yang baru saja mereka produksi.
"Pagi, Bu," sapa seorang wanita sambil tersenyum menatap Airin yang baru saja memasuki pabrik.
"Pagi juga. Tolong panggilkan Wendy sama Nina ya, saya sudah datang dan langsung ke ruang meeting."
"Siap, Bu!"
Airin memasuki lift menuju lantai atas, ia akan langsung ke ruang meeting karena jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh.
Sampai di lantai atas, Airin langsung memasuki ruang meeting yang ternyata sudah ada Tiara di sana.
"Ehem, sibuk banget."
Tiara mendongak menatap Airin lalu terkekeh. "Aku kira Ibu masih dijalan. Tiga puluh menit yang lalu bilangnya otw, aku tunggu-tunggu gak datang, padahal jarak toko ke pabrik cuma lima belas menit."
"Oh itu, aku baru mau otw," jawab Airin tanpa rasa bersalah.
"Ck, kebiasaan, untung aku gak nyuruh mereka ngumpul." Hanya Tiara yang berani seperti itu padanya, ia dan asistennya cukup dekat.
"Kamu ngapain sudah ada di sini?"
"Gak ada kerjaan, mending stay di sini. Sudah mau mulai? Biar aku suruh anak-anak ngumpul."
"Hem, panggil lah," jawab Airin duduk di kursinya.
Beberapa menit kemudian, kursi di ruang rapat mulai terisi. Tidak semua karyawan yang ikut meeting, hanya beberapa saja, termasuk bagian pemasaran. Dan meeting pun dimulai.
"Jadi, kalian benar-benar setuju kan dengan pendapat saya? Ada yang ingin ditambahkan lagi gak?"
"Setuju lah, Bu! itu sudah oke."
"Masalah desain bungkusan serahkan saja pada Abang tampan ini, Bu," ucap pria itu sambil membusungkan dadanya.
"Iya-iya, desain mu memang tidak pernah mengecewakan. Harus wah dan lebih dari sebelumnya loh!"
"Akan saya usahakan, Bu!"
"Kalau simpel bungkusan sudah oke, jangan lupa upload di medsos kita ya. Seperti biasa, Ndi."
"Iya, Bu! Kapan akan kita beritahu cokelat terbaru kita?"
"Kalau Arif selesai desain bungkusannya, langsung saja," jawab Airin. "Nanti jumlah cokelat akan saya tambahin, takutnya jumlah yang sekarang gak akan mencukupi produksi untuk cokelat baru kita. Pengeluarannya dan jumlahnya jangan lupa catat dan masukkan kedalam laporan."
"Iya, Bu."
"Soal cokelatnya ... kita coba sama-sama bikinnya, saya yang akan turun langsung. Ada yang ingin ditanyakan?"
"Gak ada, Bu."
"Ya udah, kalau gitu cukup sampai di sini saja. Kalian boleh kembali bekerja. Ah iya, Iyan, tolong panggil Erni, suruh ke ruangan saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Airin, Single Mom (End)
Ficção AdolescenteTiga hari setelah resmi bercerai, Airin baru tahu bahwa dirinya tengah hamil. Ia merahasiakan kehamilannya dan memilih mengasingkan diri tinggal di sebuah villa yang ada di hutan Kalimantan Selatan. Di sana Airin memulai kehidupan barunya bersama a...