Yeay, saya kembali 👋😉
.
.
Jangan lupa votenya ya! Kalau ada typo kasih tau 😊
.
.
.Hari sudah sore, Airin baru saja selesai memandikan kedua anaknya. Ia dan kedua anaknya baru masuk ke kamar mereka, dari tadi Airin berada di kamar orang tuanya setelah selesai makan. Hampir tiga jam ia ada di kamar itu. Sedangkan si kembar, mereka keasikan bermain dengan sepupunya yang baru pertama kali bertemu, tapi mereka sudah mulai akrab dan dekat.
Airin merasa senang dan bersyukur keluarganya sangat menyukai si kembar. Mereka bahagia dengan hadirnya si kembar yang baru saja mereka ketahui.
"Nanti Aela mau main cama kakak Lala lagi, tadi kak Lala mau ngajalin Aela naik skutel!" ucap Aera yang sedang di pakaikan baju oleh bundanya.
"Iya, tapi besok lagi mainnya, ini sudah mau malam. Sekarang kalian istirahat ya, Aera sama Abang gak boleh terlalu capek, kalian baru sembuh, Sayang," ucap Airin.
"Iya, Bunda." Aera menaiki ranjang setelah memakai pakaiannya.
"Kalian mau liat foto-foto bunda waktu muda gak?" Airin mengambil album foto yang ia simpan di laci meja.
"Mau-mau!" ucap Aiden.
"Album warna biru ini isinya foto-foto pernikahan bunda. Bukan bunda tidak ingin memberitahu kalian tentang papa, hanya saja bunda tidak punya foto papa kalian. Di sini ... ada banyak foto papa kalian bareng bunda." Airin mengusap album yang berisi foto pernikahannya. Kini sudah saatnya ia mengenalkan dan menunjukkan foto papa mereka.
"Kami boleh melihat?" tanya Aera menatap Airin.
Airin tersenyum, lalu mengangguk. "Bukalah."
Aera mulai membuka album itu, selama ini mereka belum pernah melihat bagaimana wajah sang papa.
"Ini papa?" tanya Aiden mengusap foto pria yang ada di samping bundanya.
"Iya, ganteng kan? seperti Abang. Tapi lebih ganteng Abang, kesayangannya bunda," jawab Airin mencubit pipi Aiden. "Kalian siap jika nanti ketemu papa?" tanyanya.
"Papa ada di cini? kita bica ketemu papa?" tanya Aera.
"He'em, papa ada di sini. Nanti kalian pasti akan bertemu."
"Kita boleh bertemu papa?" Aiden ikut menatap sang bunda.
"Boleh, bunda gak melarang." Si kembar tersenyum mendengarnya, tanpa Airin ketahui, keduanya sudah sangat lama ingin bertemu papanya namun, mereka tidak pernah meminta ingin bertemu papa mereka.
"Bunda cantik!" puji Aiden. "Bunda ndak pakai hijab?" Airin tertawa mendengar pertanyaan itu.
"Bunda kalian belum dapat hidayah haha ... makanya gak pakai hijab. Bunda cantik seperti itu atau pakai hijab?"
Aera dan Aiden mengalihkan perhatian mereka dari foto lalu menatap Airin.
"Aela lebih cuka bunda pakai hijab!"
"Bagi Abang Bunda celalu cantik kok."
"Ya ampun, apa anak bunda ini sedang menggombalin bundanya hmm?" Airin menciumi wajah putarnya, membuat Aiden terkikik geli.
"Bunda ..." panggil Aera merengek melihat bundanya terus mencium pipi abangnya.
"Cudah Bunda ... ada yang cembulu." Aiden meletakkan telapak tangannya di bibir Airin.
"Hihi ... siapa yang cemburu, Bang?" tanya Airin pura-pura tidak tahu.
"Ih Bunda ... Aela malah nih!"
Airin terkekeh lalu beralih menciumnya. "Nah, sudah bunda kasih ciuman juga, gak cemburu lagi kan?"
"Aela ndak cembulu ya," elaknya kembali melihat foto-foto pernikahan bundanya. "Bunda, kenapa kami ndak ada di cini? Bunda gak ajak-ajak!" ucapnya seketika membuat Airin tercengang mendengar pertanyaan yang tidak terduga itu, beberapa detik kemudian ia tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airin, Single Mom (End)
JugendliteraturTiga hari setelah resmi bercerai, Airin baru tahu bahwa dirinya tengah hamil. Ia merahasiakan kehamilannya dan memilih mengasingkan diri tinggal di sebuah villa yang ada di hutan Kalimantan Selatan. Di sana Airin memulai kehidupan barunya bersama a...