Maaf baru up 😅✌️
.
.
.
Kalau ada typo kasih tau, soalnya up-nya dadakan dan tidak direvisi.
.
.
.
Suara burung hantu dan suara jangkrik beradu memecahkan keheningan malam hari. Airin, si kembar dan Nadine duduk bersantai di living room. Ada Azizah dan Laila juga yang ikut bergabung, sementara Tasya, ia pergi ke bandara bersama supir Airin menjemput kakaknya. Tadinya Airin ingin ikut, tapi Tasya melarangnya, ia tidak ingin terlalu merepotkan sahabatnya itu. Jadilah ia dan pak Yadi yang ke bandara."Sunyi banget ya? Jujur, gue sedikit ngeri," ucap Nadine. "Lo kok gak takut, Rin?"
"Gue kan sudah biasa. Awalnya juga gue takut. Apalagi waktu awal-awal cuma ada aku Azizah sama bu Inah, Mbak Laila dan Mbak Ika belum berkerja di sini," jawab Airin. "Tapi setelah mbak Ika Mbak Laila datang dan gue memperkerjakan bodyguard, gue gak takut lagi."
"Kenapa milih di hutan sih?"
"Tanah ini tanah dari kakek, untuk memanfaatkannya aku bikin villa di sini. Tahun nanti jalan di depan mungkin akan rame dilewati, di ujung sana sedang proses pembuatan komplek perumahan."
"Memangnya ada yang mau tinggal di hutan kecuali lo?"
"Ck, pasti lah ada. Nanti juga akan ada pelebaran jalan. Nih tanah di samping villa, sebentar lagi dibangun villa. Rencananya kakak sepupu gue yang tinggal di situ."
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam." Airin menoleh ke belakang lalu ia berdiri sambil tersenyum.
"Airin?!" ucap Nanda lalu langsung memeluk Airin. "Ya Allah, Dek ... Akhirnya bisa ketemu kamu lagi."
"Ada Mami Papi juga ternyata. Kalau tau Mami Papi ikut, aku suruh ibu sama ayah ke sini," ucap Nadine menatap kedua orang tua Tasya.
"Kami memaksa mau ikut, pengen banget ketemu Airin," ucap Atika.
"Mami ..." Airin beralih memeluk wanita paruh baya itu.
"Mami kangen banget sama kamu, Nak."
"Aku juga kangen banget sama Mami. Mami sehat aja kan?" Airin melepaskan pelukannya menatap ibu sahabatnya itu.
"Alhamdulillah mami sehat. Waktu dengar Nanda mau ketemu kamu, mami langsung mau ikut. Akhirnya bisa ketemu kamu lagi." Atika mengusap lembut pipi Airin.
"Airin, anak kamu benar-benar gemesin! Lebih gemas melihat secara langsung!" pekik Nanda.
"Nah, itu Aiden dan Aera, Mi, Pi, anakku," ucap Airin.
"Kembar?" tanya Husien, ayah Tasya.
Airin mengangguk. "Iya, Pi. Beda sepuluh menit."
"Maa syaa Allah ..." Kedua orang tua Tasya mendekati Aiden dan Aera.
"Salaman dulu, sama Kakek Nenek. Beliau orang tua aunty Tasya." Si kembar langsung menuruti perintah Airin. "Anak Kak Nanda juga gemesin. Namanya siapa, Kak?" Airin menatap anak laki-laki yang ada di gendongan ayahnya.
"Namanya Nizam," jawab pria itu.
"Ih, gak nyangka Kak Nanda nikah sama Bang Aldo."
"Namanya juga jodoh, Rin. Mau gendong gak?"
"Mau, Bang." Airin mengambil alih Nizam, anak laki-laki itu sangat tampan, mirip ayahnya. "Bunda sama adek Nizam nih."
Mata Aera tiba-tiba berkaca-kaca melihat bundanya menggendong anak kecil. "Bunda ..." ucapnya lirih, gadis itu terlihat tidak suka dengan apa yang ia lihat, ia cemburu.
"Eh, kenapa, Nak?" Airin langsung menghampiri Aera. "Duduk, Mi, Pi, Bang."
"Aela ndak cuka Bunda gendong dedek!" Ucapan Aera berhasil membuat mereka tertawa.
![](https://img.wattpad.com/cover/338180840-288-k154226.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Airin, Single Mom (End)
Teen FictionTiga hari setelah resmi bercerai, Airin baru tahu bahwa dirinya tengah hamil. Ia merahasiakan kehamilannya dan memilih mengasingkan diri tinggal di sebuah villa yang ada di hutan Kalimantan Selatan. Di sana Airin memulai kehidupan barunya bersama a...