Reno memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah Tian. Rumah Tian yang ukurannya sederhana masih mampu menampung satu mobil lagi.
Reno membuka pintu belakang mobil dan membawa beberapa pakaian yang akan di pakainya besok. Ia juga tak melupakan seragam sekolahnya.
Tian membuka kunci rumahnya dan masuk ke dalam. Tian tinggal di rumah sendiri. Ia anak tunggal dan orang tuanya telah meninggal karena kecelakaan pesawat. Mirisnya, jasad orang tua Tian tidak pernah di temukan.
Reno mengikuti Tian masuk ke dalam rumah lalu menutupnya. Terpampang banyak bingkai foto keluarga yang sengaja Tian pigura kan hanya untuk mengenang mendiang kedua orang tuanya.
Tian ke dapur sedangkan Reno langsung masuk ke kamar seperti rumah sendiri. Ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur Tian yang empuk. Merasakan nikmatnya pinggang yang di istirahat kan setelah aktivitas seharian.
Tian masuk ke kamar dengan handuk yang bertengger di bahunya. Ia mengatakan pada Reno bahwa ia akan mandi terlebih dahulu.
Reno beralih duduk dan meregangkan otot ototnya. Beberapa kali terdengar bunyi krek dari gelembung kavitasi gas dalam persendiannya.
Ia menata bajunya lalu meletakkannya di atas meja. Beberapa saat kemudian Tian keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan sehelai kain pun.
Ia mengganti pakaiannya di depan Reno, dan itu hal yang sudah biasa. Bahkan Reno dan Tian sering ejek-ejekan mengenai itu.
"Ada anggur?" Tanya Reno dan Tian mengangguk.
Reno segera bangkit dan menuju lemari es yang berada di ruang tengah. Reno membuka kotak dingin itu lalu mengambil 2 botol anggur yang kadar alkoholnya masih terbilang rendah.
"Lo ga mandi dulu?" Tanya Tian ke Reno sambil mengenakan bajunya.
"Engga, tadi sore udah." Reno beranjak ke sofa dan menyalakan tv.
Reno memencet tombol YouTube karena ia sudah muak dengan serial tv yang menampilkan kebodohan. Menurut dia mending mendengarkan kata kata anjing para YouTubers daripada mendengarkan omong kosong yang di setting.
Tian duduk di samping Reno sambil membawa camilan. "Lu mau nonton aja? Mending tidur deh."
"Lu aja kalau mau tidur." Reno meneguk anggur langsung dari botolnya.
"Hm, maksud lo tadi minta tolong gue bunuh ayah lo?"
"Gue tau itu mustahil. Tapi gue ga ada jalan keluar lain lagi. Lo tau kan udah bertahun tahun gue, kakak, bahkan ibu tertekan karena bajingan itu. Bahkan," Reno menggantungkan ucapannya lalu meneguk anggurnya lagi.
"Bahkan ibu bunuh diri karena kelakuan ayah..." Lirih Reno.
Tian menghembuskan nafasnya kasar. Ia juga sebal dengan ayah Reno. Bahkan pernah waktu selesai pemakaman ibu Reno, ayahnya pulang dalam kondisi mabuk.
Saat itu Reno yang kalut memukuli ayahnya. Tian juga ingin masuk dalam perkelahian itu dan membela Reno, tapi ia mengesampingkan egonya dan memilih untuk melerai, karena Rani juga menangis meraung-raung.
"Gue mau aja sih."
Mendengar jawaban Tian, Reno langsung memandang ke Tian spontan.
"Lo yakin?"
"Yakin. Gue muak juga sama drama drama ayah lo. Hidup gue juga udah ga berarti lagi. Ga ada yang perlu di banggakan, ga ada yang perlu di buat bangga. Seandainya waktunya udah tiba, biar gue yang bunuh ayah lo."
"Ga." Tolak Reno langsung.
"Lo masih punya kak Rani, Ren."
"Sudah sudah cukup membicarakan ini. Ga lagi bahas rencana pembunuhan." Ujar Reno meneguk berkali-kali anggur itu.
Tian tertawa renyah. "Gue ga ngibul jujur. Si anjing malah ga jadi."
****
don't forget to follow n vote🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
RENO | SADARMA
ActionKehidupan SMA yang penuh dengan problematika keluarga. Namun di sisi lain Reno tidak bisa meninggalkan ke solidaritas an nya di SADARMA. Suatu insiden membuatnya harus bisa memutuskan dengan bijaksana untuk keselamatan teman-temannya. -+500 word per...