Reno hampir tertawa melihat betapa berantakan temannya itu. Ia juga ingin menertawakan kerusuhan dan kepanikan pagi ini hingga berujung mereka tidak masuk di jam pelajaran pak Boris.
Tian duduk di sofa bekas tempat anak anak sekolahan mereka biasa nongkrong. Ia menghidupkan dupa semangatnya, menghisap dan kemudian mengeluarkan asap asap ke udara.
"Kok bisa sih di kejar mereka?" Tanya Bagas, kakak kelas mereka.
"Enggak tau tuh bang. Masa tadi di depan angkringan tempat mereka nongki si Tian malah geber kenalpot." Adu Reno.
"Heh anjing, gue emosi ya sama elu. Cowok tapi cerewet banget. Iya njing iya, gue tau kita hampir telat, udah malah. Tapi elu nya ga berhenti nyerocos sampe kesabaran gue yang bagaikan sebutir pasir masuk mata, terlihat besar namun kecil habis!"
"Ya kan gue mensupport lo agar semangat naik motor nya." Ujar Reno, Tian yang masih menyimpan dendam ke Reno langsung melempar orang itu dengan sepatu.
"Bangsat, gue belum selesai kesel ya sama lo anjing. Mana lo pergi dan suruh gue hadepi tuh 5 manusia tengil."
"Hahaha ya kan gue juga panik anjing. Sebisa yang bisa ya gitu deh." Reno tak tau lagi harus berkata apa.
"Eh tapi lu pada tau ga mereka tadi itu siapa." Ujar Bagas.
"Anak stm biasa kali." Santai Tian.
"No! Mereka itu anak-anak baru SKARTA." Ucap Bagas membuat semuanya terdiam dan menatap kearahnya.
"Hosh hosh hosh ya mami, Ya Tuhan." Syok Tian.
"What the,-?"
"Yes. Gue ga salah prediksi." Bagas yakin.
"Bang, nasib gue gimana dong." Melas Tian.
"Lo ga usah panik, kita ga selemah itu kok kalau di bandingkan SKARTA. Percaya sama diri kita sendiri."
"Percaya sih percaya tapi masalahnya,-" Tian menggantungkan kalimatnya. Ia tak berani melanjutkan kalimatnya sebab SADARMA sebenarnya selalu kalah jika tawuran dengan SKARTA.
"Bilangin aja sama temen-temen angkatan lo, nanti pulang sekolah kak Eren mau ngomongin sesuatu."
"Kak Eren?" Tanya Tian dan Reno kompak.
"Dia udah keluar dari rumah sakit bang?"
Bagas menghembuskan nafasnya lesu. "Ntar aja deh lihat." Ia melihat jam di pergelangan tangan kirinya. "Kalian masuk sana, jam kedua udah habis."
"Males ah bang." Tolak Tian langsung.
"Eh eh ayo kita mencari ilmu wahai sanak saudara." Ajak Reno sambil merangkul Tian.
"Lo aja sonoh."
"Ga ga. Gue ga mau pinter sendiri."
"EMANG LU GA BELAJAR UDAH PINTER KUNTUL."
"Kok ngegas? Makannya itu lo juga harus ikut belajar biar pinter."
"Agh!" Tian menghempaskan tangan Reno lalu berjalan ke kelas mendahuluinya.
"Agaknya ku rasa kawan ku ini lebih parah dari wanita datang bulan." Ujar Reno di tertawai Bagas.
"Susul sana laki kau."
"Tian kusang, sayang tunggu abang..." Reno berlari alay mengejar Tian. Tian yang jijik juga ikut berlari. Sampai lah mereka kejar kejaran hingga kelas.
"Reno emang random banget orangnya." Ujar Arlan yang sedari tadi diam.
Bagas memperhatikan Arlan dalam dalam. "Lo lagi ada masalah ya bang? Tatapan sama nada bicara lo ga kayak biasanya."
"Engga." Arlan menghidupkan rokok dan menyesapnya.
Arlan adalah anak kelas 12 dia adalah sahabatnya Bagas yang bersemayam di kelas 11, yang artinya ia juga adalah kakak kelas dari Reno dan Tian.
"Lo temen gue, jangan pendam masalah sendiri." Bagas merangkul Arlan.
****
Brak!Tian berbelok ingin segera masuk kelas akibat takut di kejar titan, saat itu juga ia tertabrak laki-laki berkemeja biru muda hingga membuatnya terhuyung. Tak sampai situ, Reno yang membuntutinya sedari tadi tak sengaja menabrak Tian hingga bunyi dug.
"P-pak Boris."
Sial mereka datang di waktu yang salah.
****
don't forget to follow n vote🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
RENO | SADARMA
ActionKehidupan SMA yang penuh dengan problematika keluarga. Namun di sisi lain Reno tidak bisa meninggalkan ke solidaritas an nya di SADARMA. Suatu insiden membuatnya harus bisa memutuskan dengan bijaksana untuk keselamatan teman-temannya. -+500 word per...