👥34. Reno

3 1 0
                                    

Malam ini Bagas bertemu dengan Bara. Bara, kelas 2 peringkat 1, si calon ketua SKARTA tahun ini. Dirinya akan benar benar menjadi ketua SKARTA kurang lebih 2 minggu lagi.

Bagas meminta pertemuan malam ini dengan calon ketua SKARTA bukan tanpa sebab.

"Pertama-tama gue mau kejelasan tentang penyerangan anak kelas 1 yang di pimpin Arkan ke tongkrongan SADARMA." Ujar Bagas menatap tajam ke arah Bara.

Bara mematikan rokoknya lalu mulai fokus ke pembicaraan.

"Ini pertemuan pertama kita kan setelah lo di lantik menjadi ketua? Pertama-tama selamat karena udah jadi ketua SADARMA sepenuhnya. Untuk penyerangan random yang terjadi kemarin malam itu di luar kewenangan gue. Seperti yang lo tahu, pemimpin penyerangan itu Arkan, anak kelas 1. Kenapa lo ga tanya aja langsung sama Arkan?"

"Perjanjian antar DEFARKA itu, apa kalian mau melanggar?"

"Hey Bagas, gue masih calon ketua SKARTA belum jadi ketua beneran. Lo kanapa ga tanyain sama kak Arya langsung sih. Pertama-tama lo salah orang. Harus nya lo ketemu Arkan selau dalang penyerangan markas SADARMA dan kak Arya selaku ketua SKARTA yang ikut ambil adil dalam perjanjian DEFARKA. Lagian menurut gue wajar lah Arkan nyerang kalian setelah sekawanan adik kelas lo itu ngeroyok adek kelas gue sampe tangannya retak. Untung loh ga patah."

Bagas tau arah pembicaraan ini. Menurut Bagas dari perkataan dan nada bicara Bara, ia dan kelas lain bisa saja membalas dendam dengan membuat sejarah tawuran lagi. Namun mereka lebih memilih untuk diam.

"Baiklah, gue ga cuma ngomongin tentang penyerang random kemarin. Ada yang mau gue sampaikan ke elo. Gue sengaja mau ketemu sama elo karena menurut gue, elo yang paling bisa berpikir rasional dari anggota SKARTA yang lain." Ujar Bagas membuat Bara menaikkan alisnya bingung.

"Maksud lo?"

****
Tian sangat suka kebersihan semenjak ia hidup sebatang kara. Jika ada orang yang belum mandi dan sangat bau, itu sangat menganggu nya. Ia bahkan bisa berkata nyelekit.

Tian duduk bersebalahan dengan Reno yang sudah 3 hari belum mandi.

"Sebenarnya masalah lo apa sih Ren? Gue tanya tentang kejelasan ayah lo juga lo bilang aman aman aja. Tapi lihat penampilan lo sekarang udah kayak gembel gak,- lu kayak orang gila tau gak!"

"Gue ga papa kok."

"Bangsat kita temenan udah dari smp. Gue sakit hati lo ga cerita ke gue."

"Gue akan cerita ke elo kok tapi ini belum saatnya."

"Alasan lo ngurung diri?"

"Gue capek aja sama dunia."

"Mau bunuh diri lo?" Sinis Tian membuat Reno bungkam. Pasalnya benar Reno telah melakukan percobaan bunuh diri, semalam.

"Bagus ga usah jawab gue. Gue udah tau jawaban lo." Tian membuang muka. Sedetik kemudian dia berdiri dan mendekap kepala Reno ke dalam pelukan nya.

Reno diam, ia menyedot ingus nya yang hampir turun. "Nangis aja, gue di sini." Ujar Tian sanggup membuat Reno menangis. Tangisan tersebut benar benar dari hati membuat Tian ikut dalam suasana sedih.

"Bangsat hidup gue hancur! Gue benci semuanya! Gue ga bisa jadi manusia yang berguna, mau di bawa kemana hidup gue." Ucap Reno lalu membalas pelukan Tian.

Tian semakin mengeratkan pelukannya. Ia manjadi terbawa suasana. Dirinya flashback dengan kejadian saat ia di kabarkan orang tua nya menjadi korban kecelakaan pesawat dan jasadnya tidak di temukan. Saat itu pula dunia Tian runtuh.

"Gue di sini. Lo masih punya gue, jangan ngerasa sendirian. Rumah gue terbuka buat elo datang lah kapan pun lo mau..." Ujar Tian sambil meneteskan air mata walaupun ia belum tau dengan spesifik di mana titik masalah nya. Namun Tian menduga ini tidak jauh jauh dari masalah keluarga.

****

don't forget to follow n vote🖤

RENO | SADARMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang