👥35. Ini Bukan Akhir

2 1 0
                                    

Malam ini pertemuan yang sudah lama dinantikan pun terjadi. Bagas yang mengundang Reno sedari lama, akhirnya malam ini Reno menemui Bagas di tongkrongan.

Reno duduk bersebrangan dengan Bagas. Perdebatan panas sudah terjadi begitu lama. Anak anak yang di sana pun tak ada yang berani bersuara. Mereka memilih bungkam dan mendengarkan dengan seksama arti percakapan Reno dan Bagas. Beberapa dari mereka juga keringat dingin takut keduanya bertengkar hebat.

Emosi Reno tidak stabil walaupun Bagas berusaha untuk berbicara baik baik dan sehalus mungkin namun di telinga Reno tak terdengar begitu.

Reno bangkit dari duduknya membuat decitan suara dari bangku yang terdorong mundur. Semua mata kini tertuju pada Reno.

"Gue tenangin diri gue dulu." Ujarnya. "Lemparin kunci motor gue." Reno menatap Kevin. Kevin pun segera mengarahkan kunci itu ke Reno.

Reno pergi dari sana tanpa permisi. Tian duduk terdiam memikirkan apa yang sedang bocah itu lakukan. Benar, tingkahnya sangat aneh. Hampir 4 tahun mengenal Reno baru kali ini ia melihat sosok lain Reno.

Bagas menghembuskan nafasnya kasar. Ia tampak lelah berbicara dengan Reno. Beberapa poin ia coba mengalah dan mengulur waktu agar Reno bisa lebih tenang. Namun ia malah semakin tersinggung.

"Apa sudah dapat cerita?" Tanya Bagas ke Tian dan Tian pun menggeleng lesu.

****
Sudah 4 kali Reno berkeliling kota. Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Ia berhenti di satu rumah, sekitar 3 menit ia duduk di motornya memandangi rumah itu. Hingga akhirnya ia turun dan melepas helm nya.

Reno berjalan dan menguatkan dirinya. Ia mengetok rumah tersebut lalu terdengar suara 'sebentar' dari dalam rumah.

Perempuan itu membuka kan rumah dengan sangat semangat. "Kakak!" Sapa perempuan itu langsung memeluk Reno.

"Siera." Panggil Reno dengan suara seraknya.

Siera melepaskan pelukannya dan mendongak melihat wajah Reno. "Elo? Ngapain lo malam malam ke sini?"

"Maaf,-"

"Sananta datang?" Suara seorang lagi di dalam.

"Lo lagi nungguin kakak lo ya?" Tanya Reno.

"Hm, iya. Ngapain ke sini?" Ulang Siera.

"Ga tau, mau aja. Gue ga ada tujuan."

"Siapa sayang?" Suara perempuan tua kembali terdengar.

"Hm, nenek aku keluar sebentar ya... Kak Sananta masih belum datang."

"Ini sudah dini hari, mau kemana?" Tanya nenek nya Siera.

"Sebentar aja..."

"Ya sudah jangan pulang subuh subuh, takutnya saat Sananta pulang kau tidak ada di rumah."

"Baik nek."

Siera menggandeng lengan Reno mengarahkannya ke arah taman di belakang rumahnya. Aura Reno sangat kelam tidak seperti biasanya yang penuh dengan semangat dan ceria.

"Kenapa?" Tanya Siera saat ia dan Reno sudah duduk di salah satu bangku berwarna putih.

"Ga ada." Ucap Reno dengan datar. Ia hanya menatap Siera dan tersenyum namun Siera paham itu, tatapannya tak seperti biasanya. Reno yang biasa ceria dan cerewet tatapannya menjadi kosong.

"Lo lagi ada masalah ya?"

Reno memalingkan pandangan dari Siera. Ia menghembuskan nafasnya lelah.

"Tunggu sebentar biar gue buatin minum dulu." Ucap Siera dan Reno mengangguk.

Saat Siera pergi, Reno mengecek ponselnya. Ia melewatkan banyak panggilan dan pesan dari Tian. Bahkan Eren, mantan ketua SADARMA pun menghubungi nya. Saat ini ia tak bisa banyak ekspresi ia sangat malas menanggapi semuanya.

Reno mendengar derap langkah Siera. Dengan cepat ia mematikan ponsel tersebut.

"Ini, gue bikinin coklat panas sama tadi nenek bawain cemilan. Ayo di santap."

"Iya. Lo tinggal sama nenek lo?"

"Random sih gue bisa tinggal sama siapa aja." Ucap Siera membuat alis Reno berkerut.

"Ish to the poin aja." Ujar Siera agar Reno segera menceritakan masalahnya.

Reno menatap cangkir coklat hangat nya. "Nyaman." Ujar Reno.

"Makasih ya, sebentar aja gue di sini udah langsung nyaman gini." Lirih Reno tersenyum kecil.

"Ren, lu mau cerita apa engga?" Siera menatap Reno begitu dalam. Reno terkejut dengan tatapan itu lantas matanya berkaca-kaca.

"Nangis aja. Lo berhak nangis."

Reno menangis tersedu-sedu seakan dia melampiaskan semua perasaannya pada Siera. Siera duduk lebih mendekat ke Reno lalu merangkulnya. Reno yang kalut lantas memeluk Siera dengan sangat erat di iringi tangisan yang semakin sering terdengar.

"Maaf maaf banget. Tolong tunggu sebentar." Ujar Reno dan Siera pun menunggu Reno sambil memeluknya hingga tangisan nya meluruh.

****
"DOKTER JANGAN BILANG,-"

"Maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin."

Kaki Putra lemas lalu ia jatuh ke lantai. Kevin dan yang lainnya langsung menenangkan Putra.

Malam ini anggota SADARMA langsung on the way ke rumah sakit kala Putra mengatakan kondisi Gery semakin kritis. Namun saat semuanya sampai ke sana, Gery telah pergi untuk selamanya.

****

don't forget to follow n vote🖤

RENO | SADARMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang