👥36. Kematian Gery

3 1 0
                                    

"Gue udah berusaha sabar dan yakin bahwa ayah akan berubah, tapi gue ga sesabar itu."

"Apa lo nyesel bunuh ayah lo?" Tanya Siera selembut mungkin agar Reno tak tersinggung.

Reno tampak berpikir dengan pertanyaan Siera namun sedetik kemudian ia menggeleng.

"Bagus. Terus apa yang lo tangisi? Semua sudah selesai, waktunya membuka lembaran baru."

Reno menatap Siera lalu mengangguk yakin.

"Benahi diri lo dan hidup lo, okay?"

"Iya, gue janji."

"Ga perlu janji juga kali buktiin aja."

"Thanks ya Sie, boleh ga peluk sekali lagi?"

"Gak! Lu udah mendingan kan? Gue usir ya?"

"Nginep ga boleh?"

"Lu mau berkelahi sama kakak gue?!"

"Hehehehe enggak dong. Ya udah kalau gitu gue pamit dulu ya, makasih untuk hari ini." Reno menghabiskan coklat hangat itu lalu cabut. Ia ingin berpamitan dengan nenek nya Siera namun Siera tak mengizinkannya.

****
Tian berulang kali menghubungi Reno namun ponselnya tidak bisa terkoneksi. Kevin juga mencoba melacak lokasi Reno tapi lokasi terakhir Reno ada di rumah, sedangkan Tian dari rumah Reno dan tak menemukan Reno di sana.

Saat sedang beberes untuk memakamkan Gery besok, Reno menghubungi Tian yang membuatnya langsung cepat cepat mengangkatnya.

"Hallo Tian, malam ini,-"

"Kerumah Putra cepet! Bang Gery ga ada."

Reno sangat terkejut ia tak lagi menjawab dan langsung melaju ke rumah Gery. Tian mematikan sambungan dan lanjut menaikkan palang palang besi.

Detak jantung Reno yang terkejut tiba-tiba berdetak dengan sangat cepat dan terus bertambah cepat. Gery, kakak kelasnya yang mungkin nanti akan menggantikan Arlan menjadi wakil ketua, bersanding dengan Bagas malah wafat malam ini.

Reno meremas stir motornya. Amarah terhadap SKARTA mulai bangkit lagi. Satu nyawa melayang karena pengeroyokan beberapa minggu yang lalu. Saat Gery dan Eren berkendara bersama.

Perasaan Reno berkecamuk. Ia tak tahan lagi membendung air matanya. Sepanjang jalan menuju rumah Putra dan Gery, Reno tak henti hentinya meneteskan air mata nya.

Beberapa menit kemudian Reno sudah sampai di sana. Tempat itu sudah di penuhi anggota SADARMA dan warga sekitar sekaligus keluarga besar dari Gery. Terlihat juga beberapa orang polisi mengamankan tempat tersebut.

Reno berlari masuk ke dalam rumah dan berdiri di pintu kala melihat peti mati dan Putra yang menangis tersedu-sedu di samping peti mati itu.

Tian segera menghampiri Reno yang mendekat ke Putra. Kevin dan Rafli duduk menenangkan Putra yang tak terima atas kematian Gery.

"Put, turut berduka cita ya." Lirih Reno, ia duduk di depan Putra sambil memegang bahunya.

"Gue... Gue ga terima Ren... Tolong... Tolong cari keadilan untuk kakak... Ayo kita serang SKARTA. Nyawa di balas nyawa." Bisik Putra sambil memeluk Reno.

Reno memperhatikan sekitar ada seorang polisi yang mengawasi mereka berdua. "Tunggu hingga waktu nya tiba. Gue janji." Reno berbisik pelan ke Putra agar tak di dengar siapa pun seperti polisi yang sedang memperhatikannya sekaligus kawan-kawannya.

Matahari mulai muncul dari timur dan pelayat sudah mulai berdatangan. Prosesi pemakaman Gery berjalan dengan lancar. Setelah pemakaman beberapa anggota masih stay di rumah Putra.

Putra sudah tak menangis seperti tadi lagi. Ia hanya duduk dan memandang kosong sudut di kamarnya.

Bagas menghampiri Reno yang sedang mengetik sesuatu di ponselnya.

"Putra belum makan." Ujar Bagas ke Reno sambil menyodorkan sepiring nasi dengan lauk. Reno menyerobot piring itu tanpa menatap dan menjawab Bagas.

"Dia masih belum menenangkan diri." Ujar Arlan dan Bagas mengangguk.

Reno masuk ke kamar Putra. Ia mengusir Kevin dan Tian yang ada di dalam kamar Putra setelah itu, ia menutup pintunya dan menguncinya.

"Makan, gue suapin atau makan sendiri?"

"Ntar aja."

"Ga ada ntar. Gue suapin, sini." Reno duduk di samping ranjang Putra.

"Gue makan tapi nanti." Ujar Putra enggan menerima suapan Reno.

"Gue tau perasaan lo kehilangan orang yang paling penting di hidup lo. Gue ngerti rasanya males makan dan muak sama semuanya seakan kita ingin menebas siapapun yang merepotkan. Tapi, gue juga tau rasanya sakit dan ga bisa ngapa-ngapain padahal banyak yang harus gue lakuin. Saat gue kehilangan kesempatan kesempatan itu, di saat itu juga gue menyesali apa yang gue lakuin. Gue benci gue yang kalut." Ujar Reno membuat perasaan Putra sedikit keluar dari zona kalut.

Putra mengambil alih piring itu lalu makan sesuap nasi. "Janji sama gue kita serang SKARTA."

"Gue janji."

"Persetan sama aturan bang Bagas."

****

don't forget to follow n vote🖤

RENO | SADARMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang