"Kebetulan banget pesawatnya di tunda sampe besok pagi." Ucap Reno ke Tian. Ia duduk di atas mesin mobil sambil merokok.
Tian mengimbangi Reno dengan duduk di sampingnya, "Syukurlah..."
"Pulang dulu yuk, gue lama lama malu nih pake piyama. Mana gambarnya Lightning McQueen."
****
Hukuman berjalan selama 30 menit dan dalam 30 menit itu Reno juga ikut turun menerima hukuman bersama kawan kawannya.Setelah Bagas pulang tepat di jam 11 malam, Reno meminta maaf kepada semua anggotanya. Ia mengatakan ini bukan sepenuhnya salah mereka. Reno juga bersalah akan ini karena ia tidak ikut mendampingi di malam itu. Para anggota memakluminya dan mengatakan kalau mereka sudah ikhlas.
"Tapi Ren, gue ga kepikiran apa yang membuat bang Bagas buat aturan itu. Saat di kepemimpinan bang Eren, kalau ia mengetahui adik-adiknya di serang gini, ia akan turun tangan membawa seluruh anggota untuk menyerang musuh. Tapi apa yang di lakukan bang Bagas sampe hukum kita gini."
"Gue juga ga abis pikir. Mungkin ada hal yang ga bisa ia ceritakan makannya membuat aturan kayak gitu."
"Gini, kita udah istirahat kan kalau gitu kita pulang ke rumah masing-masing ya. Ini udah malam takutnya malah ada kejadian yang engga engga. Untuk sekarang kita minimalisir dulu perkelahian baik itu antar geng ataupun bukan. Ayo ayo pulang." Ucap Tian diangguki semuanya.
Mereka berpamitan lalu pulang ke rumah masing-masing.
Reno mengantarkan Tian pulang. Sesampainya di rumah Tian, Reno berpamitan dan pulang menggunakan mobilnya.
****
Pagi pun tiba. Rani sudah bersiap siap dengan beberapa koper di lantai satu. Reno turun sambil menggunakan hoodie nya."Kak Rani sudah siap?"
"Iya, kakak dapat pesawat lagi di jam 10 pagi, sekarang masih jam 7. Ren, kita ke makam ibu yuk."
"Oke!"
Reno membantu Rani memasukkan koper ke dalam bagasi. Ia lalu berkendara menuju restaurant terlebih dahulu, lalu pergi membeli bunga, dan baru menuju makam ibu nya.
Reno dan Rani berdoa untuk kedamaian ibunya. Mereka sempat menangis karena dalam lubuk hati mereka yang terdalam, mereka masih kecewa dan tak terima ibunya meninggal karena bunuh diri.
Tepat pukul setengah sembilan pagi mereka berangkat menuju bandara. Reno juga sudah menghubungi Tian kalau Rani akan berangkat ke Spanyol pagi ini.
Tian berteriak pada Reno pagi itu kenapa ia baru menghubunginya. Kalau Tian tau pagi ini Rani akan berangkat, mungkin semalam ia akan menginap di rumah Reno. Tian kira penerbangan nya akan tertunda lama. Sialan Reno tak langsung mengabari dirinya.
Reno menceritakan reaksi Tian dan membuat Rani tertawa. Ia membayangkan wajah gemas Tian yang marah.
Sesampainya mereka di bandara, waktu masih ada setengah jam lagi untuk take off. Rani banyak mengatakan suatu hal untuk Reno. Aturan aturan mulai dari makan hingga jam pulag ke rumah. Setiap saat Reno harus mengabari Rani setidaknya 3 kali dalam satu hari.
Reno tertawa dengan aturan Rani. "Reno bukan anak kecil lagi kak."
"Mau berapa pun umur mu, kau tetap anak kecil bagi kakak." Rani mengusap kepala Reno pelan. Ia lalu melirik jam tangannya.
"Kakak udah harus naik, tapi Tian,-"
"KAK RANI!!!!" Seru Tian dari kejauhan. Suara Tian menggelegar di area itu hingga semua mata kini tertuju padanya.
Rani dan Reno berdiri menunggu kedatangan Tian.
"Wtf sekarang siapa yang kayak anak kecil. Masa iya dia nangis sambil lari." Lirih Reno
BRUKK!!
Tian tersambung kakinya sendiri dan jatuh tersungkur.
"Tian," khawatir Rani.
Tian kembali berdiri dan lari ke arah Rani. Ia melompat dan memeluk Rani dengan sangat erat.
"Kak Rani sialan! Kenapa ga ngabarin Tian begitu langsung dapat jadwal keberangkatan yang baru?!" Kesal Tian.
"Maaf,-"
"Kak Rani juga tau kan kalau semalem Tian lagi sama Reno. Harus nya kakak ngabarin Tian langsung! Kakak jahat! Huhuhu kakak jangan pernah lupakan Tian ya kak!" Tian semakin nangis sesenggukan.
Mata Reno berkaca-kaca. Tangisnya pecah kala Rani menimpali perkataan Tian sambil menangis juga.
"Maaf kakak semalem juga barusan dapet tiketnya. Kakak ngabarin Reno juga pada saat ia sampai di rumah. Maaf ya Tian, bukan maksud kakak ga mau bilang ke kamu. Kamu jaga diri kamu baik-baik ya, jangan bandel pulang malem mulu."
"Hiks srott kak Rani juga jaga diri baik-baik ya, jangan tidur malem-malem, jangan banyak pikiran yang, makan teratur juga jangan lupa."
"Iya,"
Reno bergabung dengan mereka. Rani memeluk mereka sebentar lagi lalu melepaskannya. "Sudah sudah, adik adik kakak jangan pada cengeng." Rani mengusap air mata Reno dan Tian.
"Kakak hampir ketinggalan pesawat." Reno melihat jam tangannya.
"Kakak naik dulu ya, kalian jaga diri baik baik."
"Kak Rani hati-hati." Mereka melambaikan tangan.
Setelah Rani menghilang dari pandangan mereka, Tian dan Reno duduk di bandara itu. "Lo udah makan?" Tanya Reno dan Tian menggeleng.
Reno memperhatikan dengkul Tian yang merah. Ia segera membawa Tian ke dalam mobil lalu mengobatinya.
"Kita makan di sini aja, gue juga laper. Oh iya, lo kesini naik motor atau mobil?"
"Mobil." Jawab Tian.
Reno mengangguk mereka kembali masuk dan mencari makanan.
****
don't forget to follow n vote🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
RENO | SADARMA
ActionKehidupan SMA yang penuh dengan problematika keluarga. Namun di sisi lain Reno tidak bisa meninggalkan ke solidaritas an nya di SADARMA. Suatu insiden membuatnya harus bisa memutuskan dengan bijaksana untuk keselamatan teman-temannya. -+500 word per...