"Apa lo lihat lihat." Sewot Reno.
Arkan memutar bola matanya malas. Ia berdiri dan berhadapan dengan Bagas.
"Ga usah basa basi. Ada yang mau gue afirmasi sama kalian. Apa kalian juga di serang mobil sedan warna hitam dengan orang-orang berpostur besar di dalam nya?" Tanya Arkan membuat Bagas dan Reno terkejut.
"SKARTA juga?" Tanya Bagas dengan cepat Arkan menggeleng.
"Cuma gue."
"Yang lu lagi samaan sama bang Arlan?" Tanya Reno dan Arkan mengangguk.
"Siapa mereka?" Arkan menatap Bagas dan Reno secara bergantian.
"Gue ga tau." Bagas melirik Reno seakan menunggu jawabannya.
"G-gue,-"
"Candra di tuduh sama teman lo tuh si Putra kalau kita yang nabrak dia. Ciri ciri yang Putra sebutkan sama kayak mobil yang nyerang gue sama kak Arlan."
"Iya, Putra juga udah cerita. Tadi lo mau omong apa Ren? Lu tau siapa pelakunya?" Tanya Bagas. Semua mata kini tertuju pada Reno membuatnya gelagapan.
"Anu," Reno menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia lantas berjalan ke arah sofa dan duduk. Max, Arkan, dan Bagas mengikuti Reno dan duduk di sofa yang sama. Sedangkan Candra melihat mereka dari kasur.
"Kayaknya ini salah gue." Lirih Reno.
"Salah lo gimana? Coba ceritakan secara detail." Ucap Bagas.
Reno menatap pintu masuk dan berlari menghampirinya. Ia mengunci pintu itu dan kembali lagi ke tempatnya.
"Gue lagi dimata-matai sepertinya. Dan alasan mengapa Arkan juga di serang karena dia lagi sama bang Arlan. Mereka ga pandang bulu kalau dikiranya dekat sama gue pasti langsung di hajar."
"Siapa mereka?" Tanya Max mengintimidasi.
"CROSSROAD." Ucap Reno. "Wajar kalau kalian ga tau."
"Gue tau." Sahut Arkan.
"Lu tau distrik?"
"Tanah tanpa pemerintahan itu kan? Gue tau daerah sana, tapi gue belum pernah kesana. Katanya sih di sana daerah yang bahaya banget. Kalau ga kuat lu bisa mati bunuh diri ataupun dibunuh. Di sana hak asasi manusia di sepelekan karena tidak ada yang menghukum mereka jika mereka melakukan kejahatan seenak jidat. Isunya sih di sana sarangnya para mafia." Jelas Arkan, Reno meneguk ludahnya.
"Terus, kok bisa lu berurusan sama mafia kayak gitu?" Tanya Bagas. Reno bingung harus menjawab apa. Dirinya tidak bisa mengatakan yang sejujurnya apalagi di sini ada Arkan, Max, dan Candra.
"Anu, ayah. Ya, ayah. Gue cari ayah."
"Ayah? Ketemu?"
"Ketemu dan sekarang dia ada di suatu tempat. Orang orang itu ngincar ayah namun aku tak ingin memberitahunya."
Arkan menaikan satu alisnya. "Dia ngancem lo gitu dengan nyerang teman-teman lo?" Tanya Arkan dan Reno mengangguk.
"Hm," Bagas meletakan tangannya di dagu tampak berfikir. "Ada yang aneh."
TokTokTok
"Hey anak-anak jangan berlaku sembarang! Buka cepat! Malah saya di kunci di luar!" Seru Boris sambil menggedor-gedor pintu.
"Yang tadi jangan sampai bocor dulu yak, tolong! Gue masih belum yakin." Reno berlari menuju pintu dan membukanya untuk Boris.
"Hehe maaf pak, ga di kunci kok. Pintu nya macet."
"Huh bikin kesal saja!"
"Candra, semua biaya perawatan dan obat mu sudah bapak tebus. 2 hari lagi kamu boleh keluar rumah sakit."
"Terima kasih pak, bapak siapa ya?" Tanya Candra.
"Guru bk mereka. Anggap saja bapak penanggung jawab anak anak bandel ini." Ujar Boris sambil memijit pelipisnya.
"Bapak, Bagas, dan Reno pamit pulang dulu. Kalian sudah minta maaf kan?" Boris menatap Bagas dan Reno.
"Gue minta maaf sama kelakukan temen gue. Dia sangat menyayangi kakaknya makannya dia masih sangat terpukul dan belum ikhlas akan kepergian kak Gery, sekali lagi atas nama Putra gue minta maaf..." Ucap Reno menyerobot Bagas yang hampir mewakilkan.
Bagas sedikit tersenyum melihat Reno angkat suara.
"Dan, Arkan. Gue juga mau minta maaf lu jadi kena imbasnya." Ujar Reno dan Arkan mengangguk.
"Arkan kena imbas apa? Biaya rumah sakit bapak yang tanggung. Biaya obat bapak yang tanggung. Biaya makan dan perawatan bapak juga yang tanggung."
"Ah bapak ga akan paham."
"Yah, cukup sampai sini dulu. Dan kalau bisa seterusnya kita damai saja." Ucap Bagas mendapatkan tatapan tajam Arkan dan Reno.
Merasakan hawa yang tidak sedap, Boris lantas berpamitan dan menyeret 2 orang itu pergi.
****
Saat Reno dan Bagas balik ke sekolah, sekolah sudah bubaran. Hingga mereka datang hanya untuk mengambil motor dan pergi.Bagas menghentikan motornya di samping Reno yang berdiri di gerbang.
"Mana motor lu?"
"Naik mobil tadi sama Tian."
"Gue antar aja."
"Ga bawa helm bang. Lu duluan aja gue naik ojol."
"Tongkrongan dekat, ga usah pake helm."
"Gue mau pulang langsung aja. Lu duluan aja bang." Ulang Reno dan Bagas berpamitan untuk pergi terlebih dahulu.
Sekitar 10 menit ojek online yang Reno pesan akhirnya datang.
****
don't forget to follow n vote🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
RENO | SADARMA
ActionKehidupan SMA yang penuh dengan problematika keluarga. Namun di sisi lain Reno tidak bisa meninggalkan ke solidaritas an nya di SADARMA. Suatu insiden membuatnya harus bisa memutuskan dengan bijaksana untuk keselamatan teman-temannya. -+500 word per...