👥25. Kasus Pengeroyokan

3 1 0
                                    

Tian terkapar di jalanan. Tubuhnya benar benar lemas dan pandangannya kabur. Walaupun pukulan pukulan tadi tertahan oleh helm, namun benturan ke kepala Tian sanggup membuat kepalanya begitu sakit.

Ia meraih tasnya untuk mengapai ponsel namun tenaganya benar benar telah terkuras habis hingga semua terlihat gelap dan ia pun pingsan.

****
Reno dan Siera saling mengirim pesan teks. Reno bertanya pada Siera apakah pagi ini mau di antar sekolah, namun jawaban gadis itu sanggup membuat Reno tertawa.

Gadis itu telah sampai di sekolah di saat dirinya masih terlelap. Jam sudah menunjukkan pukul 7.15 dan teks terakhir yang Reno kirimkan hanya memiliki 1 centang.

"Hm, apa udah masuk kelas?" Reno mendengus kecewa lalu lanjut tidur.

Di sisi lain guru sudah masuk ke dalam kelas. Ia mempersilahkan muridnya untuk membuka buku pada materi sebelumnya.

Icha, sahabat Seina memperhatikan sahabatnya dengan seksama.

"Gue kemarin lihat cowok itu." Ujar Icha.

"Cowok itu?"

"Iya itu yang jemput elo."

"Oh, Reno?"

"Iya, ganteng." Ucap Icha sambil tertawa kecil. "Lo yakin mau lepas dia gitu aja?"

"Awalnya sih, tapi dia kukuh mau antar jemput, segala minta nomor wa lagi."

"Dia suka kali sama elu."

"Shit terserah dia toh dengan gini gue bisa hemat ongkos perjalanan."

"Jahat lu."

"Dia sendiri yang bilang selagi bisa manfaatin dia ya manfaatin aja wkwk."

"Ada ya cowok sebaik dia."

"Dia bukan baik, dia goblok."

"Hush ngobrol mulu." Ucap Defran dari arah belakang.

****
Reno siap siap bergegas menjemput Siera pulang sekolah. Ia sangat antusias karena Siera menerima ajakan makan siang nya.

Sudah 2 jam Reno memilih stelan yang cocok untuk dirinya. Rapi, sopan, elegan, boyfriend able. Yang pastinya dia menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya baik sebelum pakai baju sampai sudah menggunakan baju lengkap.

Saat akan berangkat menggunakan motor Tian, Reno di telepon gurunya, Boris. Ia pun segera mengangkatnya.

"Hallo pak? Uhuk uhuk..."

"Kamu beneran sakit? Ren ini temen kamu, Tian ada di rumah sakit. Kata warga kecelakaan, kalau bisa kamu datang ke sini sekarang kondisinya agak mengkhawatirkan."

"APA?! TIAN KECELAKAAN?!! BAIK PAK SAYA SEKARANG KE SANA BAPAK KIRIM AJA LOKASINYA."

Reno dengan cepat melajukan motor menuju rumah sakit yang di sebutkan Boris lewat chat. Ia berpikir di setiap jalan yang ia lalui. Apakah servis an motor tersebut mengalami kendala? Tapi batin Reno motornya juga udah oke kok. Kerusakan paling parah cuma lecet lecet nya doang.

Sesampainya di rumah sakit Reno segera berlari ke ruangan yang di sebutkan Boris. Boris telah meunggu Reno dengan duduk di depan ruangan itu.

"Gimana kodisi Tian pak?"

"Masih kritis, lihat kan selangnya masih di pasang?"

Mereka mengobrol di luar kamar Tian. Mereka memperhatian Tian melalui jendela. Dokter belum mempersilahkan mereka untuk masuk ke ruangan UGD itu.

"Kecelakaan, tapi..." Tatapan Reno bertemu dengan Boris.

"Warga sekitar menemukan Tian dalam kondisi yang sekarat. Mereka pikir Tian kecelakaan tapi bapak yakin ini bukan kecelakaan. Luka luka yang Tian dapatkan itu seperti luka pukulan benda tumpul. Dokter juga sependapat dengan bapak."

Mata Reno tampak tampak tajam, ia sadar sedari tadi meremehkan panggilan Arkan. "Arkan sialan." Lirih Reno yang terdengar Boris.

"Apa urusan kalian sama SKARTA belum selesai?" Tanya Boris tak dapat tanggapan Reno. Matanya masih menatap tajam tubuh Tian yang terbujur lemah dengan banyak alat medis tertanjap di tubuhnya.

****

don't forget to follow n vote🖤

RENO | SADARMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang