Reno melajukan motornya ke kantor UNDERLINE'S, gengster distrik yang sebelumnya Reno temui.
Ia meyakinkan dirinya untuk tidak masalah gabung dengan mereka setelah ia lulus, toh dirinya sudah tidak memikirkan siapa siapa lagi. Rani akan bahagia di Spanish bersama nenek, kakek.
Motornya terparkir di baseman, bertepatan dengan seorang perempuan keluar dari mobil.
"Reno?"
"Siren, gue mau ketemu paman lo."
"Loh belum janjian kan? Soalnya paman baru meeting."
"Belum. Apa lama?"
"Ga terlalu sih, gue juga cari paman. Mending naik dulu, nunggu bareng gue di ruangannya."
Reno mengangguk lalu berjalan bersama Siren menuju ruangan Smithen.
"Nyonya Siren, anda datang lebih awal. Bos belum selesai meeting."
"Saya akan menunggu."
"Baiklah silahkan masuk."
Siren masuk ke ruang kerja Smithen bersama Reno. Ia duduk di bangku yang bersebrangan. Tak lama kemudian seorang memberi mereka minuman dan buah.
"Apa lo mau ngobrolin hal yang sama?"
"Iya, gue kayaknya setuju dengan paman lo."
"Yakin in lagi diri lo."
"Gue yakin."
"Huh, sebenarnya jadi gengster ga seburuk itu loh."
"Apanya yang ga seburuk itu? Gue setujuin ini juga karena terpaksa."
"Setelah lo bunuh ayah lo, apa hidup lo bakal tenang? Ga Ren, lo bakal lebih menderita."
"Gue ga butuh omongan dari lu sih."
"Wtf anak berandal."
"Sudah lama menunggu saya?"
"Paman!!!"
****
Tepat jam 2 pagi Reno sampai di rumah Tian. 2 menit menggedor-gedor rumah Tian akhirnya sang empunya pun bangun juga."Sialan lo bertamu jam segini."
"Gue ga bertamu, rumah lo rumah gue juga. Minggir gue capek." Reno menggeser tubuh Tian dan duduk di kursi.
"Mandi sebelum tidur." Ujar Tian sambil menutup pintu.
"Ayolah, teman ini sudah jam 2 pagi."
"Ya itu aturannya."
Reno bangkit dengan lesu, menyerobot handuk Tian yang tergantung lalu masuk ke dalam kamar mandi. Sedangkan Tian sudah kembali ke kamarnya untuk Tidur.
Keesokan paginya Reno masih terlelap dan Tian sudah bergegas rapi menggunakan seragamnya.
"Bagun Ren, lo ga mungkin izin lagi kan?!"
"Capek banget gue."
"Gue tau lo pinter, tapi tau diri lah sat. Kalau lo absen terus lo bisa ga naik kelas."
"Sehari lagi aja... Please..."
"Babi terserah lu lah."
"Oh ya, lu berangkat pake motor gue aja."
"Kenapa?" Suara Tian tak terima.
"Gue nanti mau jemput Siena yakali pake motor butut."
"Siena tu yang bikin lo jatuh itu ya? Ya baguslah biar dia sadar diri buat ganti rugi." Ujar Tian sontak Reno melemparkannya menggunakan bantal.
"Jangan gitu sama calon pacar gue."
"Dih??? Jadi orang itu yang lu pamerin di tongkrongan???"
"Iya..."
"Gue ga tau bentukannya dia kek gimana sih, tapi kak Milan lebih oke loh?"
"Ga usah ungkit ungkit dia. Gue mau hidup sesuai keinginan gue."
"Okelah terserah lu, tapi awas aja kalau lu sakit hati karena dia."
"Lu mau bantai dia karena udah sakitin sahabat lo ya? Hehe sayang Tian deh..."
"Gak! Gue mau jedorin pala lu ke tembok karena udah bego!"
Tian mengambil kunci motor Reno dan bergegas pergi dari rumah. "Jangan lupa kalau pergi kuncinya taruh bawah karpet."
"Siap bro!!!"
Reno kembali tertidur melewatkan beberapa panggilan dan pesan dari, Arkan.
****
"Si anjing ini macam macam ya sama gue." Arkan menatap ponselnya kesal, pasalnya semua pesan dan panggilannya di abaikan Reno."Ga bisa di biarin kata gue mah." Ucap Candra.
"Kita cegat dia dijalan."
Anggota SKARTA khususnya kelas 1 bersiap siap dan standby di lokasi masing-masing. Pagi ini, mereka akan mengepung Reno.
"Kalau dia lewat langsung lempari batu." Perintah Arkan dan disanggupi anggota.
Beberapa menit menunggu di lokasi akhirnya motor Reno melaju di area rawan yang sudah penuh mata-mata.
Arkan memberi aba-aba dan mereka semua melempari Tian yang naik motor Reno dengan batu secara bersamaan. Hal itu sanggup membuat Tian kaget, hilang keseimbangan dan jatuh.
Spontan anggota SKARTA mengepung Tian. Belum sempat Tian melepas helmnya, ia lebih dulu di tarik oleh Max, lalu Arkan menendang Tian hingga ia jatuh.
Anggota lain ada yang jaga situasi ada pula yang ikut mengeroyok Tian.
Arkan menyuruh kawan kawannya berhenti kala tak ada perlawanan yang berarti dari orang yang ia kira Reno.
"Lemah banget, cek." Ucap Arkan.
Arga dan Candra memegang lengan Tian lalu Max membuka helm nya. Mereka semua sama sama terkejut kala sadar mereka salah sasaran.
"Kabur."
****
don't forget to follow n vote🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
RENO | SADARMA
ActionKehidupan SMA yang penuh dengan problematika keluarga. Namun di sisi lain Reno tidak bisa meninggalkan ke solidaritas an nya di SADARMA. Suatu insiden membuatnya harus bisa memutuskan dengan bijaksana untuk keselamatan teman-temannya. -+500 word per...