👥13. Menjemput Kawan

2 1 0
                                    

Paginya sekitar jam 6, telepon terus berdering membuat Tian terbangun dari tidurnya. Ia melihat sekeliling namun ia tak menemukan Reno.

"Aish siapa sih." Tian mengambil ponsel Reno lalu melihat nama yang tertera di sana.

"Bang Bagas?"

"Udah bangun lu?" Reno keluar dari kamar mandi.

"Hp lu."

"Hm, hallo bang ada apa?"

"......"

Reno mematikan panggilannya dan langsung memakai baju. "Cepat ayo!" Reno menggeret tangan Tian.

"Kemana anjing gue masih pake piyama!"

"Kak Rani, Reno keluar bentar!"

Reno merampas kunci mobil dan langsung memasukan dengan kasar Tian ke bangku samping.

"Anjing ada apa sih?"

Reno mengeluarkan mobilnya dari garasi dan langsung melaju. "Bangsat jawab gue!" Tian menuntut penjelasan.

"Anu, last race semalem kita menang."

"Woooo woooo!" Seru Tian yang girang.

"Jadi mau di rayain ke mana?"

"Kantor polisi."

"Yang bener aja lu, mau bunuh diri?" Tian memandang jengkel Reno.

"Mereka semalem terlibat tawuran dengan SADEWA dan beberapa anak berhasil di tangkap termasuk Kevin dan Rafli."

"APA?!!" Seru Tian terkejut.

"Bangsat!"

"Anjing gue takut banget bang Bagas tadi marah banget nadanya."

Tian berusaha tenang dan berpikir dengan kepala dingin. Tian membersihkan beleknya sambil merogoh saku.

"Anjing hp gue ketinggalan."

"Ga penting." Reno membelokkan mobilnya secara spontan dan mengerem nya mendadak membuat kepala Tian kepentok dashboard.

"Pelan pelan anjing."

Beberapa saat kemudian hp Reno kembali berdering. Tian mengambil hp itu. "Kevin nih."

"Loud speaker."

Tian memencet tombol angkat dan mengeraskan volume itu.

"Gimana vin?"

"Hallo, Tian?"

"Iya ini gue Tian, Reno nya lagi nyetir. Kenapa?"

"Ga usah ke polsek. Gue sama temen temen udah di tolong bang Bagas. Nanti bang Bagas mau ngadain pertemuan tapi agak siangan."

"Lu dimana sekarang?" Tanya Reno.

"Gue perjalanan mau ke rumah sakit. Rafli semalem di lariin ke sana."

"Luka parah?"

"Iya, ga sadar kemarin. Gue juga belum tau keadaan nya sekarang gimana."

"Rumah sakit mana?"

"Sama kayak bang Gery."

"Oke oke kita kesana sekarang."

Tian mematikan telepon itu. "Aduh ricuh banget deh keknya semalem."

"Huh gawat gimana gue naganin bang Bagas."

"Aish lo mah dari tadi yang di khawatirin bang Bagas mulu."

"Ye lu tau sendiri kalau dia marah gimana."

"Hm, kita ga pulang dulu? Ga usah buru buru ga sih yang penting dah pada bebas dari polsek?"

"Seperempat jalan lagi sampe nanggung kalau pulang."

Tian diam tak menjawab ucapan Reno. Batin nya asu asu. Apa Reno ga sadar ya Tian masih mengenakan piyama, ga pake sendal, hp ketinggalan, muka bantal, belum cuci muka, rambut acak acakan, bener bener bangun langsung sat set otw.

****
Di rumah sakit sudah sudah ada 5 anggota inti kelas 1. Bagas duduk didepan ruang inap Rafli sambil menyilangkan tangannya. Tatapannya tampak serius.

Arlan duduk di samping nya tanpa berkata sepatah apapun. Ia bersyukur adik laki-lakinya --Arkan-- malam tadi tidak keluyuran. Kalau iya, bisa lebih bahaya lagi.

Dari arah lorong 2 orang gila datang terburu-buru. Reno menggunakan celana pendek hitam dan baju panjang berwarna putih dan Tian masih menggunakan piyamanya.

Arlan berdiri menyambut mereka berdua.

"Bang, gimana keadaan Rafli?" Tanya Tian.

"Lecet lecet aja tuh di dalem sama yang lainnya." Ujar Arlan dan Tian langsung masuk ke ruang inap, sedangkan Reno masih berdiri mematung di sana.

Arlan menepuk pelan pundak Reno untuk menenangkannya. Bagas berdiri lalu berkata, "ikut gue ke atas."

Arlan dan Reno mengikuti Bagas dari belakang. Arlan melihat kepala Reno yang selalu di tundukan. Entah kenapa anak itu sangat takut dengan Bagas.

****

don't forget to follow n vote🖤

RENO | SADARMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang