👥47. Suasana Hati Arkan

2 1 0
                                    

Arkan menelaah dengan seksama apa yang Arlan katakan. Sepertinya ia paham kakaknya memberi kode untuk berdamai dengan SADARMA namun sayang keputusan bukan berada di tangannya.

Arkan meraih ponselnya lalu menghubungi nomor Reno. 2 kali panggilan tak terjawab hingga Arkan menyerah lalu ia beranjak ke kasur. Saat ini ia sudah tidak mood lagi mengerjakan tugas.

Di sisi lain Reno masih berkutat dengan laki-laki bertubuh bongsor itu. Mereka tak ada habisnya. Reno yang kelelahan pun terkapar di aspal. Ia tak perduli lagi jika tubuhnya akan menjadi adonan dan mati.

"Hey, kami peringatkan padamu untuk bayar semua hutang dia."

"Tapi dia udah mati, dan tanggungan nya bukan di aku!" Seru Reno.

"Kalau begitu berikan kakak mu."

Mendengar ucapan pria tersebut Reno lantas naik pitam dan mengambil balok kayu di sampingnya. Dengan gerakan yang brutal, Reno menebas sembarang arah dengan penuh emosi.

Emosi tak akan pernah menyelesaikan masalah. Pria botak di belakangnya lantas menahan tangan Reno dan memutarnya.

Terdengar bunyi krekk lalu sedetik kemudian Reno menjerit kesakitan.

"Kami berikan waktu 2 hari dan segera datang lah ke markas CROSSROAD akses masuk ke sana sudah terbuka lebar untuk mu." Setelah mengatakan kalimat itu ia dan pria lainnya pergi menggunakan mobil dan berpencar ke segala arah.

"Akhh mereka benar CROSSROAD!" Kesal Reno. Ia menahan lengannya yang sangat sakit. Tulangnya seperti berputar tadi.

Reno meraih ponselnya ia sedikit bersyukur kala mendapatkan strip sinyal. Ia lantas menghubungi Tian untuk meminta bantuan.

****
Sepulang sekolah Arkan dan Max berangkat ke rumah sakit untuk menjenguk Candra yang hari ini di perbolehkan pulang.

Sebelum ke rumah sakit, mereka ke rumah Arkan terlebih dahulu untuk menukar motor dengan mobil.

Gips di tangan Arkan juga sudah di lepas namun masih belum bisa di gerakan dengan cepat. Perjalanan ke rumah sakit tak memerlukan banyak waktu karena letaknya memang di pusat kota.

Di sana sudah terlihat ada Devano yang membantu Candra mengemasi barang barang.

"Udah siap pulang?" Sapa Max.

"Ya, gue ga sabar menghirup udara bebas."

"Can, gue mau ngomong." Ujar Arkan duduk di samping ranjang. Candra pun duduk di samping Arkan dan menatapnya.

"Ada apa?"

"Gimana ya ngomongnya." Arkan mengusap wajahnya. "Anu, tentang Putra."

"Kenapa Putra?"

"Lu bisa ga cabut tuntutannya?" Lirih Arkan dan mendapat tatapan tajam dari ketiganya.

"Maksud lo?" Sahut Devan yang tak terima.

"Arkan, gue ga paham maksud lo. Cabut tuntutan Putra?"

"Ini terserah aja sih semua keputusan ada di tangan lo. Tapi, saran dari gue udah cabut aja."

"Lo gila ya kan? Putra udah buat Candra begini loh!" Max ikut bersuara.

"Ga parah kan?" Tanya Arkan membuat teman temannya naik pitam. Devan langsung membanting tas berisi baju baju itu.

"Beneran gila lo. Kawan lo di serang mendadak gini dan lo masih mikirin pelaku!? Terus kenapa kalau ga parah?!" Kesal Devan namun bahunya langsung di tarik Max.

"Alasan?" Max menatap Arkan tajam.

"Ya, gue ga mau dendam ini berkepanjangan. Lagian kalian juga tau sendirikan dari cerita Reno kalau Putra itu cuman kalut. Dan salah kita juga karena kak Gary meninggal."

Arkan menunduk lalu menatap Candra yang sedari tadi menatapnya dengan heran. "Gue minta maaf."

"Kenapa lo minta maaf? Dah lah nanti gue pikirin. Sana bantuin Devan sama Max, gue mau pipis dulu." Candra biasanya tidak berani menyuruh ini itu pada Arkan. Tapi hari ini ia berani berkata seperti itu karena ada sedikit rasa kecewa di hatinya.

****
Reno berhasil di selamatkan Tian dan Rafli. Setelah sehari di rawat, mereka kini sedang perjalanan pulang dari rumah sakit.

Sepertinya hanya Tian yang mengerti kenapa Reno di serang begini. 'pasti CROSSROAD pelakunya.' batin Tian.

Rafli melihat Reno merebahkan dirinya di bangku belakang. "Teror yang sama ya Ren?" Tanya Rafli.

"Jam berapa sekarang?"

"Jam setengah sembilan."

"Bilangin bang Bagas gue mau adain pertemuan besar melibatkan seluruh anggota." Tian dan Rafli membulatkan matanya.

"What the,- mau apa lo?"

"Udah lakuin aja."

Hanya dengan saling menatap, Rafli pun langsung paham apa yang di maksud Tian. "Oke gue telpon kak Bagas dulu."

Rafli pun izin pada Bagas dan meminta bantuan Bagas untuk menyiapkan seluruh anggota SADARMA di mabes.

Kriiinggg~

"Ash siapa sih!" Reno mengambil ponselnya dan tertera nama Arkan di sana.

"Cih, Hallo?" Seru Reno.

"Gue mau ketemu lo sekarang di taman."

"Ga bisa! Gue sibuk!" Seru Reno langsung mematikan panggilan nya.

****

don't forget to follow n vote🖤

RENO | SADARMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang