👥39. Pernyataan Cinta?

3 1 0
                                    

Siera merebahkan dirinya di atas ranjang setelah ia membersihkan diri selepas pergi. Jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Dan Siera sama sekali belum ngantuk. Ia senderan dan menatap amplop yang Reno berikan.

'uang?' batin Siera.

Siera membuka amplop yang rapet itu lantas menemukan secarik surat.

"Jaman sekarang masih surat suratan."

Siera membuka kertas itu. Ia menemukan banyak gambaran Reno yang tidak jelas. Siera membuka kertas itu lagi yang masih terlipat dan menemukan tulisan yang sangat panjang. Dengan seksama Siera membacanya.

Hai, perempuan cantik.
Ehem aku bingung gimana nulisnya. Maaf ya kalau acak-acakan, aku nulis ini secara spontan karena ingin aja bilang apa yang aku rasa.
Siera makasih ya malam itu kamu mau mendengarkan curhatan ku, kalau malam itu aku tidak bertemu dengan mu mungkin saja nama Reno hanya kenangan. Terima kasih sudah menjadi motivasi hidupku. Terima kasih telah hadir di hidup aku walaupun pertemuan kita sebuah kecelakaan tapi aku senang mengenal mu. Aku senang dan nyaman setiap di sisi mu. Hidup ku yang hampir sepenuhnya gelap ini, kau hadir membawakan cahaya sehingga aku bisa melihat lebih jelas arah jalanku. Siera, aku nyaman berada di sisi mu sangat nyaman. Jika kamu memiliki perasaan yang sama, apakah kamu mau memberiku kesempatan untuk lebih dekat dengan mu? Aku tau ini terlalu cepat tapi aku mencintai mu. Aku ingin memiliki hubungan yang serius dengan mu. Aku tidak ingin kehilangan mu. Jika kau belum membuka hati, tidak apa-apa kita berteman saja dulu. Selamat beristirahat Siera, mimpi indah.

"Ttd Reno." Baca Siera sampai akhir.

"Huh, bener ya pertemanan laki-laki dan perempuan tidak bisa jika tidak melibatkan perasaan. Kecuali Defan yang gay." Ucap Siera mengingat sahabatnya.

Siera meletakkan kertas itu di meja samping kasurnya. Ia mengusap wajahnya. Sebenarnya ia juga merasakan hal yang sama. Ia nyaman berada di samping Reno. Berbeda dengan semua teman laki-laki nya, Reno memiliki posisi sendiri di hatinya.

"Tapi,-"

Siera meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. Setelah panggilan tersebut tersambung ia segera berbicara.

"Maaf menganggu malam malam. Aku memiliki tugas untuk mu. Tolong cari tau tentang laki-laki bernama Reno yang bersekolah di SMA Darma. Lebih lengkapnya lagi aku kirim nomornya. Aku butuh informasi dia secepatnya."

Siera mematikan panggilan dan mengirimkan nomor Reno ke orang tersebut.

Siera menarik selimutnya dan mulai mencoba tertidur.

****
Reno sampai di rumah dengan perasaan yang berkecamuk. "Bener ga ya gue tadi ngasih surat? Waktunya udah pas belum ya? Huh please please Tuhan gue mau Siera..."

Reno merebahkan dirinya dan mulai terlelap.

****
Putra berjalan subuh subuh dari rumah ke masjid sendiri. Ia ingin menguatkan imannya dan terus berdoa kepada Allah agar kakaknya di berikan tempat terbaik di sisi-Nya.

Rumah Putra dan masjid tidak terlalu jauh hingga ia memutuskan untuk berjalan kaki. Putra menikmati setiap langkah nya. Suasana kota yang masih pagi buta dan udara sejuk yang menembus hingga paru-parunya, membuat ia merasa tenang.

Putra sedikit tersenyum kala ia membayangkan betapa menyenangkannya saat ia dan almarhum Gery pergi ke masjid bersama.

"Yahh takdir Allah, Dia lebih sayang kakak. Mungkin ini waktunya aku mandiri. Kak doain aku juga ya di sana kak." Putra melihat ke arah bawah ia hampir meneteskan air matanya namun ia seka dengan tangan.

Bayangan dirinya saat berjalan samar samar mulai terlihat terang, terang, dan semakin terang. Merasa ada yang janggal Putra dengan cepat menengok ke arah belakang. Tubuhnya terpental kala mobil sedan hitam berplat dinas itu menambak nya.

Putra menguatkan dirinya, ia mengedarkan pandangannya melihat sedan itu kembali melaju dengan santai seperti tidak terjadi apa-apa.

Putra perlahan bangkit dan duduk di samping trotoar. Ia merasakan pinggang nya yang sangat amat terasa nyeri.

"Siapa itu?" Gumam Putra.

"Jelas jelas ia melakukan dengan sengaja, tapi bukan tujuan untuk membunuh ku. Apa dia mengancam ku?" Putra mulai kesal. "Pasti ulah SKARTA tunggu pembalasan dari gue bangsat!"

****
Pagi ini Reno mulai berangkat sekolah. Ia pagi pagi menjemput Siera dan mengantarkan Siera ke sekolah lalu setelah itu ia pergi ke SMA Darma, SMA tersayang nya.

Selama perjalanan Siera dan Reno tak banyak berbicara membuat Reno sedikit khawatir kalau Siera tidak nyaman jika Reno mengungkapkan perasaan nya.

Reno berjalan di sepanjang koridor. Para murid di sana melihat Reno terkesima setelah sekian lama mereka tidak melihatnya.

Reno memang bintang di sekolahan ini. Selain karena prestasi tentunya juga karena wajahnya yang tampan. Itu lah mengapa Milan yang cantik itu menurunkan harga dirinya untuk menembak Reno di lapangan sekolah kala itu.

"Lihat deh Reno mulai sekolah lagi."

"Ada masalah apa ya kemarin sampai ia tidak masuk."

"Entahlah tapi kalau di lihat wajah Reno, ia tidak sedang memiliki masalah."

"Memiliki atau tidak, wajah dia kan memang datar seperti itu."

"Ah sudah lah ayo masuk kelas kalian bisa di labrak kak Milan kalau memperhatikan Reno seperti itu.

Reno masuk ke dalam kelas dan duduk di bangkunya. Tak lama kemudian Tian datang dan terkejut dengan kehadiran Reno hingga ia berdiri di pintu cukup lama.

****

don't forget to follow n vote🖤

RENO | SADARMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang