"Kenapa berdiri di sana? Sini masuk." Ucap Reno menatap Tian.
"Lo dari mana aja?" Tian merilekskan dirinya dan duduk di bangku sebelah Reno.
"Ada lah."
Tian tak lagi menangapi Reno. Ia lanjut mengeluarkan buku-bukunya. Sebenarnya Tian sedikit dongkol dengan Reno karena ia sering tak ada kabar.
"Eh, tangan lo kenapa?" Tanya Reno melihat lengan Tian yang terluka.
"Jatuh."
"Dari motor?" Khawatir Reno.
"Iya."
"Kok bisa sih? Kapan? Semalem?" Tanya Reno dan Tian hanya mengangguk.
"Sebenarnya gue ga jatuh sendiri. Ada mobil yang mepet gue sampe gue hilang keseimbangan."
"Anjing, tabrak lari?! Lo masih ingat platnya atau jenis mobilnya?"
"Mobil sedan, gue ga tau nomor platnya tapi, itu mobil dinas." Tian mengatakan sedikit meluruh.
"Lo ada masalah sama pemerintah?" Reno juga ikut berbisik.
"Ga sama sekali. Oh ya, lo udah tau belum kalau Kevin di rawat di rumah sakit?"
"APA?!" Seru Reno membuat seisi kelas terkejut. "Kenapa?"
"Rafli semalem WA gue katanya mereka juga di tabrak mobil sedan itu. Sama persis ciri-cirinya sama yang nabrak gue, platnya merah."
"Terus gimana keadaan mereka?"
"Rafli sih aman, tapi Kevin belum ada kejelasan. Nanti kalau lu ga sibuk ikut gue jenguk dia." Ujar Tian dan Reno mengangguk dengan cepat.
Pelajaran tak lama pun di mulai. Reno sangat fokus pada pelajaran ini tak seperti biasanya. Sedangkan Tian, pikirannya masih acak-acakan memikirkan siapa yang telah mencelakainya.
Bell pulang pun berbunyi beberapa anggota SADARMA telah kumpul di tongkrongan. Mereka saling menunggu untuk on the way ke rumah sakit, menjenguk Kevin.
Arlan datang dengan motor kesayangannya. Ia memarkirkan motor dan melepas helm nya lalu berjalan dan duduk di samping Bagas.
"Canggung banget suasananya." Ujar Arlan melirik bergantian ke arah Bagas dan Reno.
"Apa kabar Ren, lama ga jumpa. Ga di panggil bk lu?" Arlan mencoba mencairkan suasana dengan menepuk bahu Reno pelan.
"Masuk lah bang. Btw kenapa bang muka lu kok,-" ucapan Reno itu sanggup mendapatkan atensi yang lainya. Mereka pun kompak menatap wajah Arlan.
"Dih apaan sih lu pada jadi salting kan gue." Arlan menutup wajahnya tersipu malu.
"Lu kenapa?" Bagas mulai membuka mulutnya.
"Ah itu, gue semalem di serang gengster. Ga tau sih gengster atau bukan tapi bentukan nya gede gede."
"Hah?" Putra bangkit dari duduk nya dan mendekat ke arah Arlan.
"Dia pake mobil ga bang?" Tanya Putra.
"Iya, mobil,-"
"Sedan hitam plat merah." Sahut Tian membuat Arlan, Putra, dan Bagas melotot.
"Anjing iya." Seru Arlan.
"Itu pasti SKARTA. Gue juga di teror tadi pagi saat gue mau berangkat ke masjid tiba-tiba tuh mobil nabrak gue. Untung ga mati." Emosi Putra.
"SKARTA?" Tanya Reno.
"Iya gue yakin itu SKARTA."
"Bukan." Sahut Bagas. "Mereka bukan anak remaja gue yakin. Semalem gue juga di serang. Kaca dapur gue di lempar batu, karena gue habis mandi dan belum pakai baju, gue kena pecahan pecahan kaca itu." Bagas membuka seragamnya memperlihatkan luka yang ia dapat.
"Sialan siapa mereka sebenarnya. Gue semalem waktu sampai rumah juga di serang mereka turun bergerombol dari mobil. Dan Put, sorry aja nih bukan gue ngebela adik gue atau gimana. Tapi, ini bukan ulah SKARTA. Adik gue yang tangannya masih di gips juga kena imbasnya." Jelas Arlan.
"Arkan juga kena?"
"Iya soalnya dia juga pulang barengan sama gue selepas di antar Max."
"Anjing terus siapa dalangnya? Kenapa kita di teror begini?" Tian mulai panik. Awalnya yang ia kira memiliki masalah pribadi dengan pemerintah nyatanya kawan-kawannya juga terkena hal yang sama.
"Apa Rafli dan Kevin juga sama?" Reno tampak berfikir.
"SAMA." Seru Tian. "Rafli cerita ke gue kalau ia di tabrak mobil sedan berplat merah." Ujar Tian membuat seluruh anggota SADARMA mengerutkan alisnya.
"Kita bahas lagi di rumah sakit, sekarang kita berangkat langsung aja."
****
Siera pulang tanpa di antar oleh Reno. Reno bilang jika ia ada urusan. Sebenarnya dari awal Siera emang tidak terlalu berharap dengan Reno tapi entah mengapa akhir-akhir ini ia selalu bersama dengannya.Siera masuk ke dalam bus kota sambil membawa helmnya. Ia duduk di samping perempuan berseragam putih abu-abu yang kini menatapnya tanpa henti membuat Siera risih.
Siera menatap balik orang itu dan mata mereka pun bertemu.
"Ada apa ya kak?" Tanya Siera seramah mungkin.
"Bisa bicara sebentar?"
"Dengan saya? Apa ga salah orang?"
"Enggak. Nama kamu Siera kan?"
"Iya kak."
Di halte selanjutnya Siera dan perempuan SMA itu turun. Mereka menuju ke salah satu cafe untuk berbicara.
Setelah memesan minuman, wanita itu mulai memperkenalkan diri.
****
don't forget to follow n vote🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
RENO | SADARMA
ActionKehidupan SMA yang penuh dengan problematika keluarga. Namun di sisi lain Reno tidak bisa meninggalkan ke solidaritas an nya di SADARMA. Suatu insiden membuatnya harus bisa memutuskan dengan bijaksana untuk keselamatan teman-temannya. -+500 word per...