10. HUKUMAN

13 2 0
                                    

Pelajaran telah di mulai sekitar 2 jam yang lalu. Aku menanti jarum jam itu berputar. Menunggu waktu ketika aku dengan Cinta berduaan. Yah walaupun sangat tidak astetick.

Masa berduaan di toilet. Toilet guru lagi. Mengingatnya membuatnya terkekeh geli.  Dari ekor mataku aku bisa melihat Chelsy yang melihatku yang senyum senyum sendiri. Ia kemudian menyenggol Cinta. Cinta mengangkat sebelah alisnya.

"Raka kalau senyum manis ya."

"Iya," jawab Cinta spontan membuat hatiku senang.


"Eh enggak, biasa aja." terangnya kemudian, akupun semakin melebarkan senyumanku ke arah Cinta. Tiba-tiba saja Chelsy menoleh ke arahku. Aku berpura-pura fokus ke papan tulis.


"Tadi kenapa masuknya telat ka?" tanya Chelsy dengan senyuman manis andalannya.


"Oh, tadi beli sesuatu dulu."

"Sesuatu apa?"

C

helsy lagi-lagi membuatku jengah dengan pertanyaan-pertanyaannya. Mulut ini mau menjawab pertanyaan darinya dari tiba tiba penggaris papan yang panjang itu di ketuk di meja ku.


"Mau terus ngobrol atau dengerin saya!"

"Ah sit, sial banget gua!"

"Dengerin pelajarannya ibu," jawabku kemudian. Aku menghembuskan nafas lega kala wanita paruh baya dengan penggaris kayunya itu berjalan menjauhi mejaku.


"Maafin aku ya, Ka"

Aku hanya mengangguk daripada di samperin lagi sama guru mapel biologi itu. Waktu istirahat tiba. Aku tetap di kelas menunggu Chelsy keluar bersama dengan temannya, aku berharap bukan Cinta yang ikut. Sepertinya hari ini hari keberuntungan ku. Cinta tak ikut keluar ia tetap terduduk di tempatnya. Wajah cantik itu tergeletak di meja. Terlihat sedikit pucat.


"Kenapa lo? Sakit?" tanyaku takut melihat wajahnya yang memucat. Ia menggeleng.


"Mau gue antar ke uks?"

Ia kembali menggeleng.

"Sudah sarapan?"

Lagi lagi respon darinya hanya gelengan kepala. Aku menghela nafas berat.

"Sarapan dulu"

Dia kembali menggeleng. Aku menggeledah isi tas ku. Mencari wadah bekal di dalam tas. Setelah ketemu aku membukanya. Kemudian mendekati Cinta dengan membawa roti.


"Makan dulu deh, a....." bujuku sembari menyuapinya. Tapi untuk kesekian detiknya ia terdiam. Aku menghela nafas ingin menarik lagi tanganku yang memegang roti yang sudah berada di depan mulutnya. Tapi tiba tiba kepala gadis itu terangkat sedikit menyambut suapan dariku. Aku tersenyum bahagia karena dia akan menerima suapan ku. Tapi dugaan ku salah besar. Tangannya merebut roti yang ku pegang.

Not her [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang