Aku turun ke lantai bawah dengan langkah malas. Aku sungguh mengantuk hari ini.
"Morning ma," sapaku ketika kudapati mama sedang menyiapkan sarapan untuk aku dan papa.
"Good morning too dear," jawab mama tanpa memalingkan wajahnya. Aku duduk di kursi yang berhadapan dengan dapur. Mama terlihat telaten menyiapkan sarapan untuk kami.
"Pagi pa," sapaku ketika papa sudah duduk di depanku. Beliau tersenyum sembari menjawab sapaanku. Tak lama mama ikut menghampiri kami.
"Raka kamu gak tidur semalaman?"
Kata mama membuat papa yang sedang fokus memakan sarapannya itu terikut menatapku.
"Game lagi?" tanya papa to the point.
"Maaf pa. Janji gak ngulangin lagi."
"Kalau di ulangin lagi nanti janji lagi gitu? Dah basi itu Ka," ledek mama ikut memarahiku.
"Enggak deh ma, janji deh ini janji yang terakhir Raka janji." jawabku setelah beberapa saat terdiam. Mama dan papa menatapku bersamaan. Menyadari kalimatku yang bertele-tele hingga tak bisa di pahami, membuat kami tertawa bersama.
"Sudah sudah, kita sarapan dulu."
ucap papa memungkasi tawa kami. Setelah selesai sarapan mama membawakanku bekal."Tumbenan bawa bekal padahal dah sarapan," tanya papa penasaran aku hanya tersenyum. Setelah berpamitan aku segera berangkat ke sekolah. Aku langsung menuju ke sekolah.
"Mungkin Cinta gak masuk. Kemarin dia kelihatannya sangat pucat."
Pikirku di perjalanan. Aku sampai di kelas namun dugaanku salah besar gadis itu sudah terduduk di kursinya. Tatapan matanya kosong. Bahkan kehadiranku yang telah duduk di sampingnya pun tak bisa membuyarkan lamunan gadis ini. Aku menatap intens wajah Cinta. Aku baru menyadarinya Ia memakai masker. Aku berdehem untuk menyadarkannya dari lamunannya. Ia tersentak dengan kehadiranku.
"Ah lo, ngagetin aja!!. Hobby banget lo gangguin gue?" sungutnya kesal.
"Kenapa pakek masker?"
"Gue flu," jawabnya kemudian berdiri hendak pergi dari hadapanku. Aku sengaja membiarkan gadis itu pergi. Nanti juga kembali lagi. Emang mau kemana dia. Kan kita sekelas. Belum berapa lama gadis itu kembali masuk bersamaan dengan Chelsy.
"Pagi ka."
"Hm," jawabkh malas menanggapi sapaan dari Chelsy. Kulihat wajah gadis itu tak mengalami perubahan.
"Ko pakek masker sih Cin? Kan cantiknya gak kelihatan." kata Chelsy sembari mencubit pipi Cinta yang tertutup masker itu.
"Aukh!"
Rintihan dari gadis itu menarik perhatian ku. Aku menatap wajahnya yang seperti menahan sakit.
"Sakit tau cubit cubit."
Kulihat Cinta membalas perbuatan Chelsy dengan gelak tawa. Ada yang aneh. Terdengar suara tawa Cinta tapi di sertakan dengan kerutan di dahinya seperti menahan rasa sakit. Tak lama guru mapel yang mengisi kelas pagi ini telah sampai. Kami semua larut dalam pelajaran. Akhirnya tiba juga waktunya jam istirahat. Semua penghuni kelas membubarkan diri masing-masing. Aku tetap di tempatku.
Aku menyibukkan diri dengan mengerjakan soal. Aku ingin mengawasi gerak-gerik Cinta. Setalah kelas sepi kulihat Cinta mengeluarkan bekalnya. Kemudian membuka maskernya. Aku yang merasa penasaran itu segera mengambil paksa masker yang melekat di telinga gadis itu. Cinta menoleh kaget. Tapi aku yang lebih kaget lagi.
"Luka memar? Siapa yang mukul?" tanyaku to the point. Kulihat Cinta terlihat gugup dan takut.
"Ini itu terbentur lemari,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Not her [On Going]
Teen FictionNamaku Raka, murid baru di SMA NUSABANGSA. Aku berpikir, menjadi murid pindahan akan menyenangkan, tidak ada yang mengenalku sebelumnya, hingga aku mudah berbaur, dan mungkin bisa dapat teman baru. Nyatanya aku masih sangat tidak mahir mencari tema...