14. SANGAT SENANG

9 2 0
                                    

Usahakan vote sebelum membaca

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Happy Reading

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Punya dendam apa sebenernya kamu sama pintu itu?" pertanyaan dari Bu Anindya terdengar sangat aneh di telingaku.

"Raka kekunci di dalem Bu. Jadi dobrak aja."

"Tidak menerima satupun alasan sekarang lari keliling lapangan 20 kali."

"Kan tadi ibu yang nanya,"

"30 kali,"

"Gak salah bu? Lapangan nya luas lo."

"40 kali, bantah saya lagi, saya tambahin jadi 100 kali."

Terpaksa aku mengangguk mengerti dan melakukan hukuman yang terlihat akan melelahkan. Sembari berlari mataku tertuju pada Cinta yang berjalan menuju ke kantin. Aku menelisik setiap inci wajahnya, aku bisa menghela nafas lega kala melihat wajah itu tak sepucat tadi.

"Kapok! Wlekkk!" ledek gadis itu dengan logat bibir yang bisa aku tebak.

"Awas saja nanti." Ancamku malah di balas dengan ledekan, gadis itu menjulurkan lidahnya. Setelah gadis itu tak lagi terlihat, wajah kesalku tadi luntur seketika, ada perasaan senang yang tidak bisa aku deskripsikan.

Setelah hukumanku Selesai. Aku menuju ke bawah pohon mangga untuk berteduh. Aku menselonjorkan kakiku. Ada dua botol air mineral yang di sodorkan di depanku. Aku mendongakkan wajahku menatap tangan-tangan siapa di depanku. Ternyata tangan itu milik Cinta dan Chelsy. Cinta menarik lagi air mineral yang ia sodorkan.

"Makasih tapi gue bawa sendiri."

Kataku sambil mengangkat botol air mineral bekas orang lain yang tergeletak di bangku di dekat tempatku duduk. Aku tak mau membuat salah satu di antaranya kecewa.

"Kenapa bisa di hukum?"

"Di fitnah sama pintu." jawabku asal.

"Yaudah aku duluan Ya Ka."

Not her [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang