16. TATAPAN TEDUHNYA

7 2 0
                                    

Aku berangkat ke sekolah agak kesiangan hari ini. Tak mau berburu buru aku mengendarai motorku santai. Lagipun aku tak pernah telat. Telat sekali pun tak apa lah.

Aku melirik ke spion. Terlihat ada banyak orang dengan pakaian serba hitam di belakangku. Aku segera menambah kecepatan laju motorku dan segerombolan itu juga ikut menambah kecepatannya. Ketika motorku berjalan pelan, maka orang orang itu juga melakukan hal yang sama. Aku sudah melakukan itu beberapa kali dan mereka melakukan hal yang sama. Aku tersenyum miring.

"Oh mereka ngikutin gue gitu?"

Menyadari adanya bahaya di depanku aku segera menarik gas ku. Namun nasib baik tak berpihak padaku. Motorku berhasil di hadang oleh salah satu dari segerombolan orang tadi. Ia melepas helmnya. Sontak saja aku mengetahui wajah itu.

"By one dong kalau berani! Masa main keroyokan!"

Tangan pria itu terangkat membuat orang orang di belakangnya menghentikan langkah. Tak mau membuang waktu pria itu melayangkan pukulan di wajahku namun aku cepat mengelak dan membuatnya hanya bisa memukul angin. Dia melakukan serangan bertubi-tubi kepadaku namun berhasilku tangkis.

Ketika kaki itu melayang ingin menendang wajahku. Aku menangkapnya, lalu kaki itu aku tarik kemudian aku memutarnya.

"Akhhh!" rintih pria tadi membuatku tersenyum lebar, sebelum pria melakukan serangan balik, aku segera membanting tubuhnya ke aspal. Orang-orang yang semula menonton kami yang sedang berduel mulai menghampiriku. Mereka semua serentak ingin menyerangku. Karena tak ada kesempatan untuk kabur, maka tak ada pilihan lain selain melawannya.

Aku berhasil melumpuhkan beberapa orang. Ketika fokuku terpencar aku merasakan benda tumpul membentur bagian belakang kepalaku dengan amat keras.

"Shhhhh." Aku meringis menahan nyeri yang  perlahan menjalar ke seluruh tubuhku.  Belum sempat menguasai tubuhku, tiba-tiba tangan kasar itu mengunci pergerakan ku. Ada dua orang yang mencekal tangan dan kaki ku. Kulihat Paman Cinta berdiri di depanku. Ia tersenyum sembari mengepalkan kedua tangannya.

"Rasain pembalasan dari gua!"

Dagkh!!

Bugkh!!

Wajahku tak elak menjadi sasaran empuk untuk kaki dan kepalan tangannya. Setelah puas membuat wajahku remuk. Ia menendang dan memukuli perut ku. Kepalaku sangat pusing, dan aku merasakan mual yang teramat, seolah perutku sedang di aduk aduk.

"Ini hukuman buat lo karena sudah berani ikut campur urusan gue!!" bentak pria itu sambil meninju keras ulu hatiku. Aku memuntahkan cairan merah berbau amis dari mulutku.
Tubuhku di biarkan terjerembab ke tanah. Aku melihat orang-orang itu menjauh. Aku mencoba menjaga kesadaranku. Aku mencari ponselku sebelum aku menemukannya rasa pusing yang teramat sangat menyerangku. Kemudian pandanganku  perlahan mengabur, semakin lama semakin gelap. Dan aku tak mengingat apapun lagi setelah itu.

.............

Aku mengerjapkan mataku. Mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk pada pupil mataku. Aku menatap ke sekelilingku. Ruangan bernuansa putih ini membuatku kembali mengingat kejadian apa yang membuatku berada disini.

Tak lama ada seorang perempuan memasuki ruangan ini. Ia tersenyum kepadaku. Aku tak mengenalnya. Aku ingin mendudukkan tubuhku.

"Tak usah duduk dulu. Sambil tiduran gak papa." katanya dengan tersenyum. Aku membalas senyuman itu.

"Siapa yang membuatmu begini?"

"Terimakasih atas bantuannya."

"No problem, so what made you like this?"

Not her [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang