Hari ini aku kesiangan. Aku melangkahkan kakiku menuju ke kamar mandi. Takut ketinggalan pelajaran aku memutuskan hanya mencuci mukaku saja.
"Yang penting nanti pakai deodoran dan minyak wangi yang banyak." Gumamku mencoba menyakinkan diri.
"Gak jadi deh, mandi aja!"
Aku langsung bergegas mandi. Setalah itu aku segera berseragam kemudian berangkat ke sekolah.
"Raka berangkat ma, assalamualaikum." pamitku sambil berlarian.
"Hati-hati!"
Teriakan mama dari dalam rumah aku abaikan, aku segera mengendarai motorku dengan kecepatan tinggi. Namun lajuku terpaksa terhenti lantaran pandatnya kendaraan di depanku. Aku memukul stang motorku kesal karena terjebak di kemacetan pagi ini. Kota metropolitan ini memuakkan. Selalu mancet kala pagi dan petang.
Aku sedikit heran melihat mobil dan motor di depanku tak kunjung berjalan. Bayang bayang membersihkan toilet sendiri itu membuatku jengah."Kalau sama Cinta aman. Lah kalau dia gak mau nemenin. Capeknya berasa banget."
Aku menghembuskan nafas kasar. Kemudian memutuskan untuk melihat penyebab terjadi kemacetan panjang ini. Aku panik sendiri ketika melihat anak kecil dengan seragam SD itu bersimbah darah dan banyak orang yang berkerumun tanpa membantu anak kecil itu.
Aku segera memberikan pertolongan pertama pada anak SD itu dengan cara mencoba menghentikan darah yang terus mengalir pada hidung anak itu. Aku mengangkat leher belakang anak itu. Dan sesekali memencet hidung anak itu. Akhirnya berhasil membuat darah itu berhenti menetes.
Tak lama setelah itu mobil ambulance datang. Semua pengemudi memberi jalan. Semua orang berkerumun kembali ke kendaraa nya masing-masing untuk menggeserkan kendaraan mereka agar ambulance itu segera bisa mengangkut anak malang ini.
Aku segera membopong tubuh kecil anak itu ke brankar yang tersedia dalam mobil itu. Setelah itu aku kembali ke sepeda tempat dimana kendaraanku terparkir. Aku segera melaju cepat namun bukan sekolah lagi tempat yang kutuju saat ini. Aku ingin mengikuti kemana mobil itu membawa anak SD tadi. Motor ku terhenti di belakang ambulance tadi. Aku segera mengikuti kemana brankar yang itu dibawa.
"Maaf mas tungu di depan " ucap perempuan berbaju putih hijau itu sembari menutup pintu ruangan itu.
Aku merasa cemas dan khawatir, hingga tanpa sadar aku berjalan mondar-mandir di depan ruangan itu. Tak beberapa lama tiga orang perempuan dengan pakaian yang sama itu keluar. Aku segera menghampirinya dan memberikan pertanyaan beruntun kepada mereka."Gimana keadaanya dok? Dia baik-baik aja kan? Ada luka serius gak? Luka dalem, dia tadi mimisan."
"Anda dari keluarga pasien?"
"Iya dok." aku lalu mengangguk untuk mengiyakan.
"Mari ikut saya." titah dokter itu membuatku was was saja. Aku masuk ke ruangan serba putih itu dengan perasaan yang tak tenang.
"Akibat benturan yang keras pada bagian kepalanya menyebabkan darah di sekitar otaknya mengalami pembekuan. Sehingga harus segera melakukan operasi."
"Lakukan yang terbaik buat adek saya dok."
"Baik mas, silahkan selesaikan administrasi nya dahulu."
Aku mengangguk mantap kemudian keluar dari ruangan dokter itu. Aku merasa iba dengan anak kecil itu. Sepertinya ia tak punya siapa-siapa lagi. Aku ingin membantu tapi aku harus meminta izin mama dulu. Walaupun dengan uang tabunganku sendiri tapi kan harus tetap izin. Setelah telepon tersambung ada sepercik rasa takut yang muncul di hatiku. Takut mama marah.
"Mama kenapa diam? Gk boleh ya?"
kataku takut, tak lama terdengar gelak tawa di seberang sana. Senyum di bibir ku terukir ketika mama menyetujuinya. Aku berbalik arah sedikit terkejut karena melihat Cinta dengan muka pucat itu berada di ruang tunggu rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not her [On Going]
Genç KurguNamaku Raka, murid baru di SMA NUSABANGSA. Aku berpikir, menjadi murid pindahan akan menyenangkan, tidak ada yang mengenalku sebelumnya, hingga aku mudah berbaur, dan mungkin bisa dapat teman baru. Nyatanya aku masih sangat tidak mahir mencari tema...