56. DIARY

3 1 0
                                    

Usahakan vote sebelum membaca

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Happy Reading

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sinar mentari yang mulai menyoroti wajah dari sela-sela gorden membuatku terbangun. Setelah melakukan peregangan, aku segera beranjak dari meja belajar Bang Rafka guna menutup pintu balkon, lalu membuka kain yang menutupi pintu tersebut agar cahaya matahari bisa menembus ke dalam.


"Ceroboh banget deh gue, semalaman gue biarin pintu balkon terbuka, kalau di maling kek mana, Raka Raka...." Racauku sambil membuka jendela, agar sirkulasi udara tetap terjaga.

"Gue gak boleh berlama-lama disini, gue belum mau bertemu dengan mereka sekarang,"

Sambil berkemas, aku menyempatkan diri membuka setiap lemari Bang Rafka, mencari sesuatu yang mungkin bisa di temukan disini. Setelah berkeliling dan mengecek seluruh kamar, aku menemukan brankas kecil di dalam lemari baju Bang Rafka.

"Ada pinnya, apa mungkin tanggal lahir dia."

Setelah beberapa menit mengotak ngatik pin itu, namun tidak ada satupun yang benar, bahkan tanggal lahir mama, papa, aniv mereka, serta tanggal lahirku, sudah aku coba semua, tapi tidak ada satupun yang bisa membuka pintu brankas itu.

"Apa random kali ya? Tapi gak mungkin sih. Apa mungkin tanggal lahir Cinta, tapi gue gatau soal itu. Selama ini gue ngapain aja sih, gue suka sama Cinta, tapi sesepele tanggal lahirnya aja gatau. Gue suka atau penasaran sih? Bodoamat ah, ngapain ngurusin si pembunuh itu!"
Aku mengacak rambutku asal, dengan satu kali tarikan nafas panjang aku kembali mencoba mendial rangkaian angka selanjutnya.

Not her [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang