Usahakan vote sebelum membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Suasana koridor rumah sakit yang semula hening kini ramai dengan isakan banyak orang. Hari yang seharusnya menjadi hari yang membahagiakan karena bertambahnya umur Bang Rafka berubah menjadi hari duka karena malam tepat di hari ulang tahunnya ia menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Aku menatap nanar ke arah mama yang masih histeris dalam pelukan papa, lalu menatap pintu ruangan yang masih tertutup rapat. Tak lama pintu itu terbuka lebar. Terlihat brankar yang di dorong keluar. Aku meminta izin untuk membuka penutup pada wajah Bang Rafka sebelum di kafani.
Aku masih berharap bahwa tubuh yang terbujur kaku di balik selimut putih ini bukanlah Bang Rafka. Namun harapan itu sirna, karena wajah yang terpampang di baliknya tetap Bang Rafka. Tangisku kembali pecah.
"Bang, Maafin gue." kataku kemudian mengembalikan menutup wajah Bang Rafka. Namun karena tanganku yang bergetar alhasil kain itu tersingkap sampai sebatas dada.
Terlihat luka mendatar pada dada bidangnya. Aku langsung menatap marah ke arah para perawat yang mendorong brankar Bang Rafka.
"APA YANG KALIAN AMBIL DARI ABANG GUE HAAA?!" bentakku tak terima. Semuanya terdiam tak berani menjawab. Papa dan mama mendekat. Mama kembali syok melihat bekas operasi pada dada Bang Rafka.
"Saya yang melakukan itu,"
Suara itu membuatku berpaling, lantas mengepalkan tanganku kemudian bergegas menghampiri pria berjas putih lengkap dengan stetoskop yang mengalung di lehernya. Aku mencengkram erat kerah bajunya menatapnya dengan nyalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not her [On Going]
Teen FictionNamaku Raka, murid baru di SMA NUSABANGSA. Aku berpikir, menjadi murid pindahan akan menyenangkan, tidak ada yang mengenalku sebelumnya, hingga aku mudah berbaur, dan mungkin bisa dapat teman baru. Nyatanya aku masih sangat tidak mahir mencari tema...