19. DI JENGUK

7 2 0
                                    

Usahakan vote sebelum membaca

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Happy Reading

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Ma, Raka mau sekolah."

"JANGAN!!"

Aku terkejut dengan teriakan yang berasal dari ketiga orang di depanku itu.

"Kompak bener," kataku jengah. Kulihat mereka saling pandang kemudian tertawa.

"Udah deh ka, lo di rumah aja. Kan enak tinggal bobok-bobok manja."

Aku memutar bola mataku malas.

"Udah Raka sarapan dulu, terus istirahat,"

Perintah mama dengan melembutkan suaranya. Aku tersenyum kemudian.

"Lu kuliah bang?" tanyaku di sela-sela menyantap roti berselai coklat itu.

"Mulut penuh jangan bicara dulu tersedak nanti!" nasehat papa. Aku hanya mengangguk.

"Enggak deh." jawaban enteng dari Bang Rafka langsung membuat kami bertiga memandangnya kompak.

"Kenapa?" tanya mama kemudian duduk di sebelahnya.

"Rafka sakit ma,"

Papa yang sedang berada di dekatnya itu mengulurkan tangannya untuk memeriksakan kening Bang Rafka.

"Nggak panas kok."

"Kepalaku pusing ma aduh aduh aduh pusing banget maaaa aaaaa.."

Aku menggeleng gelengkan kepalaku heran dengan peringainya. Bukannya merasa iba justru mama malah menarik telinga Bang Rafka keras.

"Ampun mama... iya mama... gak! Gak! Gak... iya mama... ini iya Rafka kuliah.... RAFKA KULIAH!"

Mendengar teriakannya itu membuat tubuhku ikut merinding. Apalagi melihat wajah Bang Rafka ikut memerah semerah telinganya itu.

Not her [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang