23. TAK SELALU ADA

8 2 0
                                    

Usahakan vote sebelum membaca

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Happy Reading

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

S

udah beberapa hari ini aku di kurung  di rumah karena kondisiku yang sempat menurun. Akhirnya akupun terbebas hari ini. Pandangan mata ini langsung terarah kepada Bang Rafka yang sedang memakan sandwich buatan mama. Melihat wajahnya sjaa entah mengapa selalu memancing amarah. Pandangan mata kami bertemu.

"Kenapa? Naksir sama gue, lu?"

"Abang!"

"Iya pa, Abang cuma becanda. Lagian tu si Raka ngapain natap abang kaya gitu?"

Aku diam kemudian segera melangkahkan kakiku pergi.

"Ya udah Raka berangkat dulu," pamitku menyalimi tangan mama dan papa.

"Gak sarapan dulu?"

Aku menggeleng kemudian segera melenggang pergi.

"Gak sopan ya masak abangnya gak di salimin sih?"

Langkah kaki ini terhenti dan kembali berbalik. Aku ingin meraih tangannya, tapi dengan sengaja ia mengangkat tangannya tepat di depan wajahku.

"Yang sopan sama abangnya." lanjutnya, tanpa berkomentar aku meraih tangannya kemudian menyaliminya.

Not her [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang