27. VOTING

6 2 0
                                    

Usahakan vote sebelum membaca

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Happy Reading

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Hari ini aku sedikit bermalas-malasan untuk berangkat ke sekolah, namun sebelum teriakan menggelegar yang memekaman telinga itu terdengar, aku harus lebih dulu turun ke ruang makan.

"Tumbenan dah pulang lagi." cetusku tatkala melihat Bang Rafka sudah duduk manis di meja makan, dan sedang memakan sarapannya.

"Adek laknat emang lu! Abangnya pulang malah di usir!" gerutunya kemudian. Aku ingin sekali menimpali ucapannya tapi dengan cepat mama menarik dan memaksaku untuk duduk.

"Mama lagi pusing. Jangan bertengkar ya."

Aku pun mengangguk kemudian.

"Minum Paramex ma. Nih Abang bawa."

Sungguh Bang Rafka memang mau mendaftarkan telinganya dini hari ini. Tentu saja mama yang geram langsung menarik gemas telinga Bang Rafka.

"Ampun ma..."

"Copot sekalian, sayang." kata papa memprovokasi mama. Aku terkekeh geli melihat pertunjukan kecil pagi ini.

"Ampun mama ampun sakit ma....... Maafin Abang ma. Bang Rafka minta maaf. Aaaaa sakit maaa.."

Not her [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang