01 : It's Not Suicide

1.9K 143 6
                                    





Brugh!

Terdengar suara benturan keras didalam ruang aula yang baru saja digunakan oleh anak-anak ekskul paduan suara. Terdengar pula suara memohon dari seorang gadis yang sepertinya menjadi korban dari suara benturan keras tersebut.

"Ale... please stop..." lirih gadis itu.

Namun bukannya mendapat ampunan, gadis malang itu justru lagi-lagi mendapat serangan pukulan bahkan tendangan. Bajunya sudah compang-camping, tangan dan kakinya penuh lebam kebiruan. Wajahnya pun turut memar karna menerima pukulan yang tak wajar bertubi-tubi.

Nada Sephia Alana, nama gadis malang itu. Dan, Waru Aleia Adipati adalah sosok yang dipanggil lirih oleh Nada.

Brakk!

Tiba-tiba suara pintu yang didorong keras terdengar lantang dan menggema diseluruh ruang aula senyap itu. Seketika, pandangan sosok yang berada didalam sana tertuju pada seorang pemuda yang kini menatap kaget kedalam sana.

Mata pemuda itu menyipit guna memfokuskan pandangannya pada ruang yang kini remang-remang. Hanya ada satu lampu yang menyala sehingga membuat aula besar itu menjadi sedikit temaram dalam netra.

"Adek..." panggilnya lirih.

Kedua iris netra pemuda itu masih terfokus pada sosok yang ia panggil adik. Hatinya hancur menyaksikan pemandangan terburuk dalam hidupnya.

Adiknya terkapar lemah diatas lantai, dan dihadapannya ada seorang gadis yang pakaiannya juga terlihat berantakan namun tak memiliki luka sedikitpun. Pemuda itu menyimpulkan, bahwa ada sedikit perlawanan dari sang adik ketika ia dipukuli sehingga baju gadis berwajah datar itu menjadi berantakan.

"Kak Abi..." Kali ini Nada mulai kembali bersuara memanggil sang kakak yang menatapnya iba.

Nadi Abidzar adalah sosok kakak dari gadis malang Nada Sephia Alana.

Nadi pun segera bergegas berlari menghampiri tubuh sang adik yang telah terkapar lemah itu dan melemparkan tatapan tajamnya pada gadis yang kini wajahnya merautkan kedataran, seolah-olah merasa tak bersalah atas apa yang telah terjadi.

Nadi membantu Nada bangun dengan gerakan pelan agar sang adik tak merasakan kesakitan. Namun nyatanya, walau sudah pelan pun Nada tetap meringis. Entah bagian tubuh yang mana, tetapi hati Nadi serasa teriris.

Sementara itu, Waru, gadis yang masih bergeming ditempatnya berdiri, hanya menatap kedua kakak beradik itu dengan wajah datarnya. Tak ada ekspresi kekhawatiran maupun iba sedikitpun.

Nadi masih membantu Nada berdiri dan memapahnya untuk berjalan keluar ruang. Tak ia hiraukan gadis kurang ajar yang telah melukai adiknya sedemikian rupa itu. Nadi memilih menahan dirinya dari gejolak amarah yang telah memuncak dalam benak.

Dan kini, ruang itu hanya menyisakan sosok gadis yang menatap kepergian dua insan yang telah meninggalkan dirinya seorang diri disana. Senyuman tipisnya terbit bersamaan dengan air mata yang entah sejak kapan telah menetes tanpa ia sadari.

~~~

"Sssh duh pelan-pelan kak" Adu Nada yang meringis menahan sakit.

Nadi memilih tak acuh dan tetap mengobati luka-luka adiknya itu tanpa suara. Kini keduanya berada didalam mobil milik Nadi yang terparkir didepan sebuah mini market tengah kota. Sengaja Nadi mampir kesana untuk membeli keperluan p3k beserta makanan manis seperti coklat yang tentunya untuk ia berikan pada sang adik.

Menyadari bahwa sang kakak sepertinya tak menggubrisnya, Nada menjadi sedikit kikuk.

"Kak Abi, kakak marah ya?" Tanya Nada hati-hati.

(Un)happy | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang