•
•
••
•"Cherophobia merupakan kondisi di mana seseorang mengalami ketakutan atau kecenderungan untuk menghindari kebahagiaan. Penyebabnya pun bervariasi, seperti pengalaman traumatis, tekanan sosial, atau bahkan masalah mental"
"Dan pada kasus yang di alami oleh Waru, itu sepertinya di dasari oleh pengalaman traumatis yang terjadi dalam hidupnya. Saya tidak tahu seberapa parah cherophobia menyerang kejiwaannya. Tetapi, setelah melihat kejadian di ruang rawat barusan, sepertinya Waru membutuhkan penanganan lebih lanjut"
Marah. Nadi marah tentu saja. Ia tidak terima dengan semua takdir buruk yang kembali menghampiri hidup gadisnya. Itu bahkan belum sehari. Waru belum sempat mencicipi bahagianya walau hanya satu hari.
Tuhan, apa sebenarnya takdir yang Kau rencanakan untuk gadis malang itu? Tidakkah cukup semua penderitaan yang selama ini menemani hari-harinya yang kelam?
Nadi membiarkan bulir bening jatuh dari sudut matanya. Pandangannya lurus kedepan, menyaksikan semburat jingga yang kini nampak dekat dari netra. Malam sudah hampir tiba. Namun Nadi tak juga urung beranjak dari tempatnya berpijak sekarang. Rooftop rumah sakit.
Ia menghembuskan napas dengan gelagat frustasi yang jelas. Kemudian Nadi merogoh saku celananya dan mendapati satu kotak rokok baru yang masih tersegel rapi beserta pemancisnya. Udara diatas sini nyatanya tak bisa menghilangkan sesak yang hinggap di relung hati.
Maka, mungkin benda tembakau yang saat ini sudah terapit di jari telunjuk dan tengahnya akan sedikit membantu meringankan semua beban yang tengah ia pikul.
Sejujurnya, Nadi sudah hampir tak lagi menyentuh benda nikotin itu sejak Waru datang di hidupnya. Apalagi mereka sering tidur bersama. Sebenarnya Nadi bisa saja bersikap acuh dan tak memperdulikan atensi gadis itu.
Namun, entah kenapa, setelah mendengar Waru mengomeli Joan karna aroma tubuh lelaki itu memiliki bau rokok yang kuat, Nadi jadi sedikit ciut. Ia tak ingin di omeli Waru dan justru berakhir hampir tak pernah menyentuh benda itu lagi.
Lantas, dari sanalah perhatian-perhatian kecil itu mulai terbentuk.
Tetapi, sekarang Nadi kembali menghisap dan membiarkan asap tembakau itu menyapa paru-parunya lagi. Dadanya sesak tiap kali menghembuskan asap dari mulutnya. Ini terlalu sakit untuk di ungkapkan melalui kata. Nadi membiarkan lara yang bersemayam dalam hatinya larut dengan senyap yang kini tercipta.
Waru-nya kembali pada lara. Ia runtuh. Lagi.
~~~
Sekembalinya Nadi dari rooftop, ia langsung menuju ke ruang dimana Waru di rawat. Gadis itu rupanya masih tertidur, atau mungkin lebih tepatnya pura-pura tertidur.
Tasya mengusap pundak Nadi dengan lembut, tahu bahwa pemuda itu merasakan sakit yang sama sepertinya.
"Tadi, kata dokter Kafka Waru sempat hampir ngelukain dirinya sendiri dengan menusukkan ujung pulpen ke urat nadi di lehernya"
Sontak pandangan Nadi yang awalnya jatuh pada sisi kaca yang ada di pintu, mulai beralih pada Tasya yang bercerita. Wajahnya menyiratkan kecemasan yang besar.
"Waru harus kembali menjalani terapi kognitif, dan sepertinya untuk beberapa waktu kedepan, dia akan terus menghindar dari apa yang bisa membuatnya bahagia"
"Maksud mama—"
"Iya, nak. Mama harap kamu bisa mengerti kondisi Waru. Pengobatan akan segera dilakukan, dan Waru butuh ruang distraksi untuk dirinya sendiri sekarang. Dia akan selalu merasa takut ketika menghadapi hal yang membuatnya bahagia, dan itu akan mempengaruhi kualitas hidupnya. Contohnya seperti tadi, Waru hampir bunuh diri. Dan mungkin kedepannya dia akan mulai mengisolasi dirinya sendiri, menjauh dari orang-orang sekitar"
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)happy | END
Fanfiction"How can you love the things i hate about myself?" -Waru Aleia Adipati- A fanfiction story of Jaemin Na (NCT Dream) and Winter Kim (aespa).