42 : Rasa Takut

1K 118 35
                                    






Para sahabat Nadi di kejutkan oleh pemandangan yang saat ini membuat mereka melongo karna melihat sahabatnya itu tengah tertidur pulas di kursi sofa dengan Waru yang berada dalam dekapannya sembari memeluknya erat.

"Ampun gue, Nadi bucin era kah ini?" Celetuk Gigi tanpa sadar.

Mike terkekeh dan mengisyaratkan mereka untuk kembali keluar karna takut mengganggu tidur Waru yang terlihat sangat pulas. Dapat ia simpulkan bahwa mungkin saja mereka tidur dalam posisi seperti itu karna Waru merasa tidak nyaman dengan luka di punggungnya.

Namun, belum sempat mereka melangkah, terdengar lenguhan kecil dari gadis yang mulai membuka matanya kala tidurnya terusik. Nadi pun turut mengerjap dan langsung mengusap-usap pelan punggung Waru yang menggeliat kecil dalam pelukannya.

"Selamat pagi...!" Sapa Gigi dengan lantang.

Waru yang sudah sepenuhnya sadar akhirnya tersenyum lebar kala menyadari bahwa ada keempat sahabat Nadi di ruang rawatnya.

Nadi sekali lagi memperingatkan Waru untuk jangan bergerak berlebihan dan langsung membawa tubuh mungil itu kembali ke hospital bed. Keira dan Gigi langsung menghampiri Waru yang sudah berada dalam posisi setengah duduk dan menatap mereka satu persatu dengan mata yang berbinar.

"Tante, mana?"

"Renjana gak boleh sering-sering keluar karna ada baby kecil di dalam perutnya" pungkas Keira cepat.

Beruntung Waru langsung paham dan tak bertanya lebih banyak lagi seperti biasanya.

Nadi pergi ke kamar mandi untuk berbenah diri. Tak lama Kuntjoro masuk bersama bu Arum dan Tasya. Mike segera menghampiri mereka lebih dulu dan menyaliminya satu persatu, lalu diikuti yang lain.

"Nadi nya mana?" Tanya Kuntjoro.

"Di kamar mandi om" jawab Joan cepat.

Mereka akhirnya duduk di sofa ruang rawat tersebut sembari berbincang kecil. Sembari menunggu Nadi menuntaskan kegiatannya di kamar mandi, Waru di temani oleh Keira dan Gigi agar tak merasa bosan.

"Waru bosen disini, kerjaannya cuma bobo sama makan aja" gerutu gadis itu dengan wajah yang menekuk.

"Ya gak papa, biar Waru cepet sembuh terus bisa main lagi bareng kita-kita di apart. Ya kan, Kei?"

Hal itu langsung saja di angguki keira dengan uluman senyum.

"Punggung Waru sakit tau kak Kei... tadi malem Waru nangis lagi karna gak bisa bobo... jadinya bobonya sama kak Abi sambil di peluk"

"Terus kemarin oom dateng lho kak Gi! Waru seneng banget, habisnya oom gak pernah keliatan"

Keira dan Gigi hanya bisa tersenyum kecut mendengar berbagai cerita yang di lontarkan oleh sosok menggemaskan di hadapan mereka itu.

Nadi akhirnya keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar dari sebelumnya. Ia sedikit terkejut dengan kehadiran Kuntjoro di dalam ruangan itu, namun langsung menghampirinya.

"Hari ini jadwalnya Waru ganti perban. Nanti kamu dampingi ya?" Pinta sang dokter yang langsung di angguki oleh si pemuda.

Menunggu suster datang membawa peralatan untuk mengganti perban Waru, Tasya kini membasuh wajah putrinya dengan kain basah dan tak lupa menghadiahi satu kecupan di kepala. Waru mengulum senyum dan mengucap terima kasih pada mamanya.

Tubuh Waru menegang ketika melihat dua orang suster memasuki ruangannya dengan membawa beberapa peralatan medis yang mengingatkannya pada hari dimana Kuntjoro mengobati luka di telapak kakinya.

(Un)happy | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang