13 : Perkara Susu

1K 148 5
                                        






Sinar mentari menelusup masuk melalui pintu balkon kamar Nadi yang gordennya tak tertutup. Wajah pulas Waru tak terganggu sama sekali oleh pantulan cahaya terang yang mengenai tepat di wajahnya. Sedangkan Nadi mulai mengerjap samar dan perlahan terbangun dari tidurnya.

Lagi-lagi ia terkejut dengan posisi tidurnya. Seolah lupa bahwa semalam ia tersenyum menyambut rengkuhan Waru di pinggangnya, bahkan ia menyanyikan lagu Twinkle-twinkle dua kali.

Memang, di jam seperti itu otak manusia bekerja sesuai kemauan hati, tanpa ada keraguan sedikitpun.

Sekarang Nadi malah menyesali perbuatannya sendiri. Ia merutuki diri lagi. Nadi cepat-cepat beranjak dari atas kasurnya, meninggalkan Waru yang masih terlelap dalam tidurnya.

~~~

Pagi ini apartemen sudah terlihat riuh. Beberapa dari penghuni disana sudah terlihat siap dengan pakaian rapinya dan ada yang hanya sekedar duduk melamun di meja makan dengan wajah baru bangunnya. Itu Helega.

Nadi memilih ikut bergabung duduk bersama Joan dan Mike di kursi mini bar. Sebelumnya, kedua pemuda itu tengah asik memandangi kekasih masing-masing yang tengah berkutat didapur sembari membayangkan berumah tangga. Namun karna kehadiran Nadi, khayalan itu menjadi terhenti. Mereka langsung membuang tatapan kagum itu dan menggantinya dengan ekspresi wajah datar.

"Waru belum bangun, Di?" Tanya Keira yang tengah membuka kulkas, mencari bahan untuk sarapan mereka.

"Belum tuh, kebo"

"Lo tidur dimana, Di? Satu kasur ama Waru ya?" Tanya Joan dengan nada bicara yang menurut Nadi menyebalkan.

"Jangan ngurusin rumah tangga orang Jo, urusan kasur itu privasi" tegur Mike dengan jahilnya.

Pemuda itu juga ternyata diam-diam suka mengompori hubungan Nadi dan Waru yang memang terlihat menggemaskan.

"Gila ya lo berdua. Yakali gue satu kasur ama tu cewe"

"Idih idih, btw lo ama Cia gimana? Ada kemajuan gak? Perasaan tuh hubungan kayak gak ada pergerakan gue liat-liat. Kasian anak orang lo gantungin" Timpal Joan lagi.

Nadi mendengus dan meminum Americano yang sudah ia seduh tadi.

"Bukan guenya yang tarik ulur, tapi Cia. Dia kayaknya belum siap deh mau mulai hubungan sama gue"

"Tau darimana lo sampai ngomong gitu?"

"Dia sendiri kok yang bilang kalau sekarang lebih nyaman dijalanin gitu-gitu aja. Ya gue bisa apa? Maksa gitu?"

"Duh jadi melow nih. Sabar bro, friendzone itu biasanya berakhir tragis. HAHAHA" Joan tertawa lepas sembari memegangi perutnya yang terasa keram karna tertawa dengan lepas.

"Anjing lo"

Mike hanya bisa tersenyum tipis sembari menggelengkan kepala.

Tak lama suara pintu kamar Nadi terbuka dan menampakkan sosok Waru dengan piyama kuning bercorak anak bebek disana. Gadis itu mengucek-ngucek kedua matanya, menetralkan pandangannya guna mencari sosok kak Abinya.

Waru langsung tersenyum kala netranya menemukan sosok yang sejak bangun tadi langsung terlintas dipikirannya. Ia berjalan menuju meja bar dengan senyuman yang melekat di bibirnya.

Keira menyodorkan segelas air putih untuk Waru dan menyuruh gadis itu untuk duduk sebelum meneguk air yang ia beri tadi.

"Makasih, kak Kei!"

Waru duduk tepat disamping Nadi, memandangi pemuda yang tengah mencoba menghindari percakapan dengannya. Joan yang menyadari bahwa Waru sedari tadi memperhatikan Nadi dengan tatapan penuh cintahh jadi tersenyum jahil.

(Un)happy | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang