09 : Twinkle Twinkle Little Star

974 123 4
                                    





"Ini gak mau lo bicarain aja sama bokap lo, Di?" Tanya Joan ketika ruang tengah hanya menyisakan dirinya dan Nadi.

Nadi terlihat berpikir sejenak, ada banyak pertimbangan yang harus ia pikirkan matang-matang.

"Keira bener, Jo. Ada teka-teki yang harus gue selesaikan, dan gue gak mau melibatkan bokap nyokap gue dalam masalah ini"

Joan mengangguk paham, menghargai keputusan sang sahabat.

"Berarti sekarang lo ngaku kalau Waru belum tentu sepenuhnya bersalah atas meninggalnya Nada?"

"Untuk pelaku pembunuhan mungkin iya kalau gue mulai meragukan, tapi untuk kasus bully dia ke adek gue gak akan gue biarin gitu aja Jo. Dia harus bener-bener dapat hukuman yang setimpal untuk itu"

"Yaudah, kenapa gak kita siksa dia bareng-bareng aja buat seneng-seneng. Kan asik tuh, mumpung anaknya rada gila"

Itu bukan ucapan Joan, melainkan Helega yang baru saja bergabung dengan percakapan serius antara Nadi dan Joan. Tega? Tentu saja. Mereka semua sejujurnya tak ada yang menerima keberadaan Waru disana. Itu semua hanya omong kosong. Mereka benar-benar ingin memperalat Waru saat ini. Mencari kebenaran tentang kematian Nada melalui gadis itu.

"Itu urusan belakangan, yang terpenting sekarang kita harus tau alasan kenapa kondisi Waru yang tiba-tiba jadi aneh. Untuk sementara ini, kita semua harus nyembunyiin keberadaan Waru dari orang-orang, terutama bokap nyokap gue. As we know, Waru itu masih jadi buronan, jadi gue harap kita bisa lebih berhati-hati lagi" tegas Nadi pada Joan dan Helega.

Percakapan itu menjadi intens dan serius karna ini benar-benar berhubungan dengan kasus yang besar dan tidak main-main. Nadi pun menghadapi ini dengan harapan ia akan mendapat keadilan dan hukuman setimpal untuk apa yang telah terjadi. Maka dari itu, apapun konsekuensinya nanti, Nadi akan menghadapinya. Walau harus terus berada didekat Waru, gadis yang sangat dibencinya itu.

Masih sibuk berbincang serius, pintu apartemen mereka terbuka dan menampakkan sosok Keira dan Waru yang kini telah berganti pakaian menjadi baju tidur berwarna biru yang langsung diketahui oleh Joan. Yep, Joan knows cause it's from him for her gf.

"Oom! Waru sudah mandi, sudah wangii"

"Gak peduli yee gue"

Waru mendengus dan berjalan mendekati Nadi yang duduk diatas sofa. Waru duduk dibawah lantai dan menatap Nadi dengan binar yang memancarkan keindahannya.

"Kak Abi, Waru tidur sama kak Abi ya? Waru udah mandi kok, udah gak bau"

Waru memang sudah mengatakannya berulang kali dan tentunya hal itu membuat Nadi harus menahan diri agar tak kelepasan menahan emosinya sendiri.

"Kenapa harus sama gue? Lo gak takut?" Tanya Nadi datar.

Waru menatap Nadi lekat-lekat dengan memiringkan kepalanya.

"Kenapa takut? Kak Abi itu nyaman, Waru suka!"

Seketika, Joan, Keira, Helega dan tentunya Nadi mengerutkan kening mendengar jawaban frontal dari Waru. Gadis ini benar-benar sesuatu. Mereka sejenak saling pandang dan Nadi hanya bisa menggelengkan kepalanya pasrah.

"Ayolah Di. Lo tau kan ni bocah kalo udah tantrum yang puyeng 6 kepala"

Ya, mereka baru saja meminta Nadi untuk menyutujui permintaan Waru. Nadi tidak segila itu untuk menerima permintaan tidur bersama dari Waru. Memang dia laki-laki apaan?

"Gak. Gak sudi gue. Gue aja belum pernah tidur bareng Cia"

"Yaudah, habis tidur sama Waru besoknya lo ajakin Cia tidur bareng biar adil. Kan enak tuh" celetuk Helega.

(Un)happy | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang