47 : Love Wins All (End)

1.6K 145 69
                                    







The Last Chapter.

Nadi benar-benar tak menemui Waru lagi setelah ucapan perpisahan mereka di taman rumah sakit beberapa hari yang lalu. Namun, Waru nyatanya tak hanya melakukan itu pada Nadi, melainkan sahabat-sahabatnya yang lain.

Rasa tak terima ketika mendengar keputusan Waru itu tak bisa membuat mereka berbuat banyak. Masing-masing dari mereka mencoba memahami situasi si gadis. Itu mungkin lebih baik daripada harus kembali menyaksikan Waru yang hendak melakukan tindakan nekat seperti kemarin.

Bunuh diri.

Satu minggu setelahnya, Waru akhirnya siap untuk melakukan proses persidangan. Hari ini, ia hadir sebagai seorang saksi sekaligus korban di hadapan orang-orang yang dulu pernah menyakitinya.

Nadi dan sahabatnya yang lain tetap hadir. Tetapi tak ada interaksi apapun antara mereka dan Waru yang kini tengah duduk tenang di hadapan sang hakim. Gadis itu selalu menolak kontak mata sejak kedatangannya di dalam ruang itu.

Waru tetap mencoba kuat ketika lagi-lagi ia di hadapkan dengan mereka yang telah menaruh banyak luka dan trauma dalam hidupnya.

Tetapi, ada rasa senang yang hadir kala menyaksikan raut penyesalan di wajah Luke dan Ciara. Waru diam-diam tertawa puas dalam benak. Batinnya mengadu lantang, menyuarakan semua kelegaannya pada Nada karna akhirnya ia berhasil membalaskan semua perbuatan keji mereka 2 tahun silam.

Ketika hakim mengetuk palu setelah memberi vonis hukuman pada tiap tersangka, semua akhirnya bernapas lega. Tak ada yang keberatan. Mereka justru merasa puas dengan keputusan sang hakim.

Ciara mendapat hukuman mati. Luke dan ayahnya di vonis penjara seumur hidup. Lalu Adipati mendapat vonis penjara selama 30 tahun. Dan terakhir Helega. Karna adanya beberapa pertimbangan, dan Waru juga menyatakan ingin menyelesaikan permasalahannya dengan Helega secara kekeluargaan, maka pria itu hanya di jatuhi hukuman penjara selama 1,5 tahun.

Sebelum beranjak meninggalkan kursinya, Waru menyempatkan diri untuk menatap lekat-lekat sosok Luke dan Ciara yang saat ini terlihat kacau. Gadis itu menyunggingkan sebuah senyuman lebar yang tentu membuat kedua orang itu mendelik tak suka. Ciara spontan menendang meja di hadapannya karna merasa di remehkan. Ia mengamuk histeris. Melihat itu, semakin membuat Waru merasa senang. Gadis itu perlahan bangkit dan akhirnya berjalan keluar meninggalkan ruang sidang.

Maya, selaku ibu kandung Ciara juga ikut mengamuk. Ia bahkan hendak menerjang tubuh Waru yang lewat di hadapannya. Namun beruntung petugas disana dengan sigap menahan tubuhnya.

"Bajingan! Putriku! Bebaskan putriku! Dasar pembunuh! Mati! Mati!" Pekiknya sembari terus mencoba lepas dari petugas yang tengah mengungkung tubuhnya.

Waru mencoba tak menghiraukan. Ia sekarang tengah mati-matian menahan rasa takut yang kembali membuncah. Tasya dan Kemal yang saat ini berada di sampingnya segera merengkuh tubuhnya, menuntunnya berjalan keluar ketika sadar bahwa Waru tengah bergelut dengan rasa takutnya.

Setibanya di parkiran, Kemal langsung memeluk erat tubuh adik sepupunya itu.

"Semuanya sudah selesai, makasih karna tetap bertahan sampai di titik ini... koko bangga, koko bangga banget sama Waru"

Tasya diam-diam menyeka air matanya yang jatuh tanpa bisa ia bendung. Kemudian ia ikut masuk ke dalam pelukan hangat itu, sembari berbagi sukacita disana. Waru menggigit bibir bawahnya dengan kuat, mencoba menahan isaknya yang juga hendak turut keluar.

Ia sama leganya. Sama senangnya. Tetapi... rasanya seperti masih ada yang mengganjal. Kosong. Hampa.

Dan dari jarak yang cukup jauh dari ketiga orang yang tengah berbagi peluk hangat itu, Nadi, Joan, Mike, Keira, dan Gigi memandang mereka dengan senyuman yang merekah. Sejak keluar dari ruang sidang tadi, Keira dan Gigi sudah lebih dulu menitikkan air mata. Sedangkan Nadi, ia mati-matian menahan diri agar tak berlari pada Waru guna memeluknya dan meneriakkan kebahagiaannya dengan lantang pada gadis itu.

(Un)happy | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang