38 : Yang Hampir Hilang

1.2K 159 30
                                    





Anjay update😎






"Ini sudah 3 hari, kenapa Waru belum bangun juga om?" Nadi bertanya gusar di depan kaca transparan yang langsung terhubung dengan ruang ICU dimana Waru terbaring lemah di dalam sana.

"Kondisinya memang belum stabil, nak. Disamping itu, kesadaran pasien juga bergantung pada seberapa besar keinginan pasien tersebut ingin bangun. Dan sepertinya... Waru tidak memiliki hal itu"

Alis Nadi mengerut dengan sorot sengit.

"Maksud om, Waru gak punya keinginan untuk bangun?"

"Bisa dibilang begitu. Bisa saja dia terlalu nyaman di alam bawah sadarnya. Tetapi, ini semua akan lebih baik kalau kita serahkan ke Tuhan saja. Terus berdoa, semoga Waru bisa secepatnya sadar"

Kembali Nadi tatap lurus ke dalam ruang dimana gadis yang sudah sangat ia rindukan itu.

'Bangun Waru... kemarin kamu sudah janji mau sambut kak Abi pulang'



~~~


"Halo, bu Arum..."

"Iya nak Nadi, ada apa tiba-tiba telpon?"

Nadi meneguk ludah dengan susah payah.

"Sekarang ajudan papa saya sedang dalam perjalanan untuk menjemput ibu di panti. Waru sekarang sedang dirawat bu, sudah 3 hari belum sadar juga. Semoga dengan kedatangan ibu bisa membantu Waru cepat bangun. Maaf karna telat memberitahu hal penting ini, bu..."

"Astaga nak... kenapa bisa? Apa yang terjadi sama Waru?"

"Ceritanya cukup panjang, nanti akan saya ceritakan kalau ibu sudah sampai di rumah sakit. Disini juga ada bu Asri, mamanya Waru, dan Jian"

"Baik nak, kalau begitu. Ibu mau siap-siap dulu"

Panggilan akhirnya terputus.

Nadi melangkah mendekati Jian yang tengah berdiri didepan kaca transparan ruang ICU menatap keadaan kakaknya dengan nanar. Mereka sempat berbincang singkat, karna cukup sulit bagi Nadi untuk berkomunikasi. Nadi belum menguasai bahasa isyarat, tapi, meskipun begitu ia dapat mengerti sedikit-sedikit ucapan Jian melalui gerakan tangan yang adik Waru itu lakukan.

"Waru bobonya lama banget, ya?"

Jian tersenyum kecut sembari mengangguk.

"Jian kangen banget kan pasti? Ayo bujuk kakak kamu biar cepet bangun. Abang juga kangen soalnya"

Jian memandang Nadi hangat.

"Ntar kalau kak Waru udah bangun, aku duluan ya yang peluk dia"

"Hah? Gimana-gimana? Coba tulis deh pakai hape abang. Nih"

Jian terkekeh dan mengambil ponsel Nadi yang diberi padanya, lalu menuliskan kalimat yang tadi ia ucapkan. Setelah Nadi membaca apa yang Jian tulis, alisnya menukik dan langsung menatap Jian dengan intens.

"Wah, Jian. Maaf banget nih, tapi kalau ini kayaknya gak bisa deh. Jatah abang ini mah, hehehe"

Jian mendengus sebal dan langsung dihadiahi kekehan dari Nadi.

(Un)happy | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang