35 : Perihal Kecewa

1.2K 161 50
                                    






Memasuki hari kedua dikurung ditempat gelap dan kumuh itu, Waru kini hanya bisa membuka mata dengan pergerakan minim. Semalam, sang ayah kembali datang ke ruang gelap itu.

Waru pikir, mungkin ia akan diberi makan atau setidaknya minum untuk menghilangkan dahaga. Tetapi dugaannya salah. Adipati justru kembali melukainya. Bedanya, semalam pria itu tak menggunakan cambuk ataupun benda semacamnya, melainkan tangan kosong.

Waru mendapat tendangan berkali-kali di bagian perutnya. Ia sampai terbatuk keras dengan perasaan mual. Perut kosongnya seperti terguncang hebat dan membuatnya ingin memuntahkan semua isinya.

Sekarang, Waru masih dalam posisi meringkuk dengan tubuh yang menggigil hebat. Ia sama sekali tak bisa tidur. Sedetik saja memejamkan mata, maka semua ingatan buruk tentangnya dulu akan menghantamnya tanpa ampun. Membuat benaknya tersiksa.

Ini sangat menyakitkan. Waru hanya bisa diam ketika rasa sakit yang menjalar tidak hanya di tubuhnya, melainkan juga batinnya terus menerkamnya. Ia tak tahu sampai kapan sanggup mempertahankan kesadarannya yang semakin menipis.

Punggungnya sudah mati rasa, pun tulang rusuknya serasa remuk dan hancur. Bibir pucatnya yang mulai mengering itu bergetar hebat sembari terus melantunkan satu nama. Kak Abi.

Waru merindukan laki-laki itu. Merindukan pelukan hangatnya. Merindukan rumahnya. Ia ingin pulang. Ingin tidur nyenyak.

Waru sendirian, kedinginan, dan kesakitan.

Tanpa sadar, gadis malang itu kembali meringis ketika nyeri hebat kembali terasa, entah menerjangnya di bagian tubuh yang mana. Semuanya terasa sakit. Pandangannya yang memburam itu ia paksa tertutup, berharap dengan begitu dapat mengurangi rasa sakitnya walau sia-sia.

'Kak Abi... disini dingin...'

'Ayo peluk Waru...'


~~~

"Hah? Helega?! Mana mungkin..."

Kemal menangguk dengan perasaan berat.

"Malam itu gue langsung minta penjelasan. Dia ngaku ke gue kalau memang dia yang udah nabrak Waru dan menyebabkan kecelakaan hebat itu terjadi"

Rahang tegas Nadi mengeras, kedua tangannya mengepal kuat.

Helega? Bagaimana mungkin?

"Gue marah, gak terima, dan malam itu gue mukulin Ega habis-habisan. Dia sama sekali gak ngelawan dan justru minta di bunuh. Sinting emang"

Kemal menghela nafas lagi, emosi saat-saat dimana ia menemui Helega hari itu kembali merasuki jiwa.

"Tapi, setelah dia nangis-nangis minta maaf sambil sujud di kaki gue, gue jadi tau alasan Helega ngelakuin itu"

"Apa?" Tanya Mike lugas.

"Dia diancam Luke. Hari itu, entah kapan, Ega sempet gak sengaja ngeliat Nada lagi di pukulin di aula sama Luke dan niat ngebantu. Waru juga ada disana buat ngelerai. Tapi justru Luke marah dan gak terima karna dikata-katain sama Ega. Ega bilang ke gue kalau Waru hari itu ngucapin makasih berkali-kali dan minta ke dia untuk jangan ngasih tau hal itu ke siapapun terutama Nadi"

"Mulai darisitu, mereka jadi saling kenal walau gak deket. Gak lama setelah itu, Helega tiba-tiba di sekap sama suruhan bokap Luke dan dia disuruh celakain Waru pakai mobil yang memang udah disiapin. Luke ngerencanain itu semua dengan detail, mulai dari ngirim foto Nada pingsan ke Waru dan ngebuat Waru harus nyusul ke sekolah."

(Un)happy | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang