27 : Fase

890 125 23
                                    






"Hari ini pulang cepet, ya? Nanti aku izinin ke pak bos. Nadi tadi ngajakin jalan-jalan malam ini. Please... Ya? Ya? Ya?"

Renjana meminum air dari botol mineral kemasan di tangannya. Wajahnya terlihat nampak berpikir dan menimang-nimang permintaan laki-laki yang kini tengah menyodorkan wajah memelasnya.

"Iya, nanti biar aku izin sendiri. Sekarang mending kamu balik ke apartemen, Helega. Aku jadi susah kerja karna kamu ikutin terus daritadi"

"Gak mau! Aku mau nemenin kamu pokoknya. Kan aku udah janji bakal jagain kamu, mastiin kamu baik-baik aja dalam pengawasan aku"

"Ya tapi gak gini juga. Aku bisa ngabarin kamu lewat telpon kalau memang terjadi sesuatu"

Helega mendengus. Wajahnya kian murung dengan bibir mengerucut.

"Kamu kenapa sih kayak menghindar terus dari aku? Perasaan kemaren-kemaren kamu oke-oke aja tuh aku awasin gini. Kenapa sekarang malah ngusir?"

Renjana membuang wajah.

"Kenapa kamu gak ikutin mantan-mantan kamu yang superior itu? Aku cuma badut, bau, keringeta—"

"Renjana"

Kalimatnya terpotong karna panggilan Helega yang terdengar begitu lugas dan tajam. Renjana pun terdiam dengan bibir yang mengatup.

"Kamu... cemburu?"

Gadis itu menatap Helega dengan alis yang hampir bertaut.

"Ya enggak lah. Buat apa aku cemburu, toh kita kan bukan siapa-siapa"

Helega justru terkekeh menyaksikan wajah Renjana yang terlihat memerah. Rona di pipi gadis itu tak mampu menyembunyikan kebohongan yang kini coba ia pendam.

"Muka kamu merah. Kamu beneran cemburu, kan? Hahaha"

Renjana semakin dibuat malu dengan semburat yang kian nampak. Gadis itu mulai beranjak dari duduknya, berniat meninggalkan Helega di kursi taman.

Namun, tangannya langsung di cekal tepat sebelum Renjana memulai langkahnya.

"Hei, kenapa aku ditinggalin?"

"Lepas, Helega. Aku mau izin, katanya tadi Nadi mau ajak kita keluar malam ini"

Helega mengulum senyum.

"Ternyata kamu lucu ya kalau cemburu gini. Aku gak pernah punya mantan, jangan percaya apa yang di omongin Gigi. Dia itu ratu medusa, omongannya gak pernah bener kalau tentang aku"

"Siapa yang cemburu, sih? Sudah, aku mau ketemu bos ku dulu"

"Renjana"

Helega kini ikut berdiri. Kedua netranya menatap lamat-lamat paras sendu milik Renjana dengan sorot hangat.

"Gak ada yang lain. Cuma kamu. Cuma kamu yang aku perhatiin sekarang. Jadi, stop ngambeknya, ya? Aku gak suka di cuekin"

Wajah Helega yang terlihat memelas, pun ucapan manis yang terdengar bak alunan lagu romantis di rungu Renjana membuatnya terlena sesaat. Wajahnya kian menampakkan rona merah yang semburatnya memekarkan rasa berdebar.

Renjana blushing.

Helega mengusak pelan poni sang gadis sembari tersenyum dengan hidung yang mengkerut. Jantung Renjana kian dibuat tak karuan karna melihat tingkah Helega yang semakin aneh terhadapnya.

Bentuk perhatian yang ia dapatkan sungguh membuat Renjana selalu terkejut karna belum sepenuhnya siap akan tiap kemanisan dari tingkah Helega untuknya.

Gadis itu pun berlalu pergi dengan kedua tangan yang bertengger di pipi, menyembunyikan rona merahnya dengan wajah menahan malu.

(Un)happy | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang