07 : Masih Tentang Tanya

927 124 5
                                    





"Kak Abi?"

Waru segera duduk dan mengucek kedua matanya, sedangkan Nadi terkejut karna Waru yang tiba-tiba bangun ketika wajah mereka saling berhadapan. Reflek, Nadi mundur kebelakang dan membuat punggungnya menghantam meja yang sama sekali tak bersalah.

"Aduh!" Ringis Nadi sembari mengusap punggungnya.

"Kak Abi kenapa? Kak Abi sakit?"

Mengabaikan Waru, Nadi justru mulai berdiri dan ingin meninggalkan Waru disana. Ia malu.

Waru tentu tak tinggal diam dan mulai ikut mengekori Nadi. Sadar akan adanya pergerakan dibelakangnya, Nadi segera berbalik dan memandang sinis pada Waru.

"Mau ngapain lo?"

Waru tersenyum lebar, binar matanya membuat Nadi membeku sesaat.

"Mau ikut kak Abi, Waru suka kak Abi!"

"Gila nih cewe" gerutu Nadi dengan suara kecil.

Nadi kembali mengabaikan Waru dan kembali melangkah menuju kamarnya.

"Kak Abiiiiii"

Nadi terus berjalan dan tak mempedulikan gadis yang masih berjalan mengekorinya dibelakang. Dan tepat ketika ia tiba didepan kamarnya, Nadi kembali berbalik untuk menatap Waru.

"Stop" tegas Nadi.

Langkah Waru seketika terhenti dan ia memandang wajah Nadi dengan binar hangatnya.

"Jangan ikutin gue lagi, sana balik ke sofa"

"Gak mau, Waru maunya sama kak Abi"

"Jangan gila ya, lo mau ngapain di kamar gue?!"

"Waru mau sama kak Abi pokoknya!"

Mereka berdebat disana. Namun bukannya menegangkan, keduanya malah terlihat menggemaskan. Nadi mulai sedikit frustasi karna tingkah Waru yang sangat keras kepala dan tak mau menurut. Ia benar-benar seperti dihadapkan dengan bocah kematian. Sekarang ia telah membenarkan kalimat Helega tadi.

"Ck, rese banget sih lo! Yaudah kita tunggu Keira pulang di ruang tengah aja, jangan di kamar gue"

Nadi mengacak rambutnya dengan frustasi dan urung masuk ke dalam kamarnya. Waru sontak tersenyum dan kembali mengekori Nadi menuju ruang tengah, langkah gadis itu menjadi riang.

Nadi menyalakan televisi dan mencari saluran yang menayangkan hal menarik, dan ia berhenti menekan tombol remot ketika saluran televisi menayangkan sebuah film aksi produksi Marvel.

"Kak Abi, om yang tadi kemana? Kok dia hilang?"

Nadi menahan gejolak tawanya dan sebisa mungkin bersikap biasa. Posisinya kini Nadi duduk diatas sofa dan Waru duduk diatas lantai. Entahlah, Waru sepertinya sangat suka duduk dibawah.

"Helega maksud lo? Kenapa lo panggil dia om?"

"Karna dia terlihat seperti itu. Jadi namanya om Helega? Hmm, om Helega itu nakal, pembohong. Waru gak suka!"

Nadi terkekeh akhirnya.

"Lo tuh yang ngaco, dia sama gue seumuran kali"

Mendengar hal itu, sontak membuat Waru menatap Nadi dengan wajah yang memerah. Ia sadar baru saja membuat kesalahan.

"Jadi, Waru salah ya? Waru... nakal"

Mata gadis itu terlihat berkaca-kaca dan Nadi menjadi siaga. Huh, mengapa gadis ini sangat cengeng dan perasa? Nadi mimpi apa sampai dihadapkan dengan bayi besar yang harus selalu ia mengerti. Terlebih lagi, orang ini adalah oknum yang ia curigai sebagai pembunuh adiknya.

(Un)happy | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang