04 : Confuse

989 122 2
                                    





Sosok gadis yang kini tengah tertidur pulas diantara tumpukan tas dan barang lainnya adalah alasan mengapa Joan terkejut bukan main.

"Loh? Kok..." Ucap Helega tanpa menyelesaikan kalimatnya.

Mereka serentak saling memandang satu sama lain. Hanya Nadi yang tak memalingkan wajahnya dan tetap fokus memandang Waru yang pulas dengan raut datarnya.

"Hoaaaam..."

Waru terlihat menggeliat dan kini perlahan mulai membuka mata. Wajahnya langsung sumringah begitu melihat Nadi dan kawannya yang lain kini tengah berjejer menatapnya.

"Kita sudah sampai? Waaah Waru mau ketemu Nada! Kak Abi ayo antar Waru—"

"Lo harus gue bilangin berapa kali sih!"

"Nadi udah" Potong Keira cepat.

Nadi membuang muka dengan kesal, wajahnya merah padam menahan gejolak emosi yang mulai naik.

"Waru, lo kenapa bisa ada disitu?" Tanya Keira dengan nada bicara ringan.

Waru menatap mereka bingung, alisnya berkerut karna berpikir keras, mencoba mencerna pertanyaan yang di lontarkan Keira untuknya.

"Waru tadi naik diam-diam. Kalian kenapa selalu marah-marah? Waru tadi lihat kalian saling marah-marah" Ungkap Waru menatap mereka satu persatu.

"Waru gak suka. Jangan marah-marah, ya?"

Melihat tatapan polos yang ditujukan Waru, sontak membuat mereka hampir mengangguk karna terbawa kegemasan murni gadis itu. Hanya Nadi yang tetap melayangkan tatapan bencinya.

"Terus diapain ni cewe? Gue gak terima penghuni baru ya" Tukas Gigi cepat seolah-olah menyindir Keira yang mungkin akan membawa Waru ke unit kamar mereka.

"Gue juga. Udahlah gue gak peduli, gue duluan. Ngantuk. Besok gue ada kelas pagi dan uas" Selesai dengan kalimatnya, Nadi segera beranjak dari sana.

Waru yang melihat Nadi berlalu pun segera mengekori pemuda itu. Senyuman lebar turut menghiasi wajahnya, Waru melangkah riang kala kakinya mencoba menyeimbangi langkah besar milik Nadi.

"Tunggu Waru kak Abi!" Ucap gadis itu riang.

Nadi mendesah sebal. Rasanya percuma berbicara dengan gadis bodoh yang kini telah berdiri disampingnya mengikuti langkahnya. Mau berapa kalipun ia mengingatkan, Waru tetap akan memanggilnya dengan sebutan Abi. Ia harus merelakan panggilan khusus dari Nada untuknya di ambil alih sepertinya.

"Jangan ikutin gue!"

"Tapi Waru mau ketemu Nada"

"Nada gak ada! Gak usah pura-pura bego lo!" Kesal Nadi sembari meneruskan langkahnya yang semakin ia cepatkan.

Tak akan Nadi lupakan aksi biadap Waru terhadap adiknya. Pun kebencian yang ia torehkan untuk gadis itu akan ia pastikan permanen.

Menyusul Nadi, kini Keira dan Gigi sedang berdebat kecil.

"Ayolah Gi, dia bakal tidur sama gue kok"

"Ck, kenapa lo belain si pembunuh itu terus sih? Gue gak sudi Kei deket-deket sama orang yang udah buat Nada sengsara! Karna dia kita semua kehilangan Nada!" Kesal Gigi.

Keira terdiam. Sedangkan Joan, Helega, beserta Mike tengah membicarakan sesuatu yang sepertinya sangat serius.

"Gue gak yakin kalo Waru cuma pura-pura. Dia beneran kayak orang idiot gak sih? Kayak bukan Waru njir" Ucap Ega memulai percakapan.

Joan dan Mike pun reflek memandang objek yang baru saja dibicarakan oleh Helega.

"Disamping itu, gue tetep benci sama dia. Sekali pembunuh tetep pembunuh. Mungkin dia beneran gila karna depresi dan di hantui rasa bersalah" ucap Joan.

Mike turut mengangguk tanda ia setuju dengan pendapat Joan. Namun, ada sebuah rasa janggal yang kini terbesit dalam benak Helega. Entah mengapa ia sangat penasaran dengan kejadian apa yang telah menimpa Waru hingga gadis itu terlihat seratus persen berbeda dari sosoknya yang Helega kenal dulu.

Kini Waru terlihat cemberut karna ia ditinggalkan Nadi. Waru pun segera menghampiri Keira dan Gigi yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Kak Abi kenapa suka marah? Waru kan cuma mau ketemu Nada..." Waru mengadu pada dua gadis yang kini berdiri dihadapannya. Keira dan Gigi saling pandang dengan satu alis yang terangkat.

"Kenapa? Kenapa lo mau ketemu Nada?" Tanya Gigi sinis.




























"Waru harus menyelamatkan Nada. Nada dalam bahaya..."
















































To be continued.

(Un)happy | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang