Melbourne, Australia.
Langit mendung sore ini diiringi derap kaki pelan dari sekumpulan orang yang berpakaian hitam. Satu per satu dari mereka meninggalkan Pemakaman Umum Melbourne. Menit kemudian, tinggallah dua orang yang masih setia di samping dua batu nisan. Pria dewasa menatap sendu keponakannya yang masih menangis tersedu.
"Nora, sebaiknya kita pulang sekarang." Ajak pria dewasa itu sambil merangkul pundak keponakannya.
"Kenapa Daddy dan Mommy meninggalkan ku dengan cepat, Uncle?"
"Sudahlah, ini diluar kehendak kita. Do'akan mereka tenang disana dengan kau yang baik-baik disini."
Uncle Sam mendekatkan bibirnya ke telinga Nora. "Situasi disini tidak aman bagi kita", bisiknya.
"Aku tahu Uncle, aku sudah melihat mereka sejak memasuki pemakaman ini", geram Nora sambil mengepalkan tangan kirinya.
Ia sangat kesal karena mata-mata pembunuh kedua orang tuanya, mereka sudah ada disini bahkan sebelum proses pemakaman dimulai. Peristiwa hari ini begitu cepat menurutnya.
Flashback on.
"Uncle!", teriak Nora begitu melihat Uncle Sam yang duduk di depan kursi ruang UGD dengan tubuh sedikit membungkuk.
"Nora."
"Bagaimana keadaan Daddy dan Mommy, Uncle? Bagaimana ini bisa terjadi?" Frustasi Nora dengan wajah sembabnya karna banyak menangis sepanjang perjalanan ke rumah sakit. Bagaimana tidak, saat sedang asyik membuat cookies favorit Mommynya, Uncle Sam menelfon dan memberi tahu kalau kedua orang tuanya di tembak dan mobilnya menabrak pembatas jalan.
"Ssst, tenanglah," kata Uncle Sam sambil memeluk erat keponakannya.
"Maafkan Uncle karna mengatakan ini, tapi kedua orang tua mu meninggal begitu sampai di rumah sakit."
Sontak hal itu membuat Nora sangat terkejut.
"Tidak Uncle, itu tidak mungkin. Aku ingin melihat Daddy dan Mommy, hiks." Kata Nora meronta dalam pelukan Uncle-nya.
"Tunggulah disini, jenazah mereka sedang dibersihkan. Uncle akan menceritakan kronologis kecelakan saat kita tiba di rumah."
Dua jam setelahnya, rumah Nora dipenuhi oleh pelayat. Pekerjaan Daddy-nya sebagai Walikota Melbourne membuat banyaknya orang berbondong-bondong melayat ke rumah mendiang. Karangan bunga berjejer rapi di halaman rumah. Bahkan berita pembunuhan Walikota dan istrinya ini menjadi trending di Melbourne. Sesuai janji Uncle Sam, kini ia dan Nora duduk berhadapan di sofa ruang kerja kakaknya.
Helaan nafas terdengar.
"Uncle akan ceritakan. Saat orang tua mu dalam perjalanan ke Yayasan Amal, mobil mereka dihalangi segerombolan orang. Mereka memecahkan kaca mobil dan menembaki supir juga orang tua mu. Saat orang tua mu sudah tak sadarkan diri, supir masih berusaha untuk pergi dari lokasi kejadian. Tapi naas, mobil mereka malah menabrak pembatas jalan dan segerombolan orang itu pergi begitu saja. Pengguna jalan lainnya sempat mereka ancam." Papar Uncle Sam.
"Siapa dalang dibalik pembunuhan ini Uncle?" Geram Nora.
"Satu yang Uncle yakini. Beberapa hari yang lalu Kakak bilang ke Uncle kalau dia akan melaporkan beberapa anggota parlemen yang korupsi ke Pemerintah Pusat. Namun ternyata, musuh sudah mencium hal itu dan melakukan hal ini. Uncle percaya kalau para anggota parlemen yang korupsi itu memiliki Pimpinan, dalang utama dari pembunuhan ini."
Huhh, helaan kasar keluar dari nafas Nora. Ia tak habis pikir ayahnya memiliki musuh yang berani menghilangkan nyawa orang. Kesedihan karna kehilangan kedua orang tua harus ia tahan, tak boleh berlarut. Ayah dan Ibunya mendidik ia untuk selalu kuat dan tegar, bahkan Nora di bekali ilmu bela diri dan pemograman dari Pamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NORA
RomanceHal tak terduga menimpa seorang gadis berusia 20 tahun, Nora. Kedua orang tua meninggal secara tragis. Belum genap sehari berduka, dia harus pergi untuk menyelamatkan nyawanya dari pembunuh orang tuanya. Mencari tempat berlindung sementara, untuk me...