Suasana ramai menghiasi sebuah cafe yang baru saja dibuka hari ini. Hiasan balon berwarna putih dan coklat menjadi aksesoris pada cafe dengan ornamen warna yang sama untuk memeriahkan hari pertama cafe ini.Nora membuktikan rencananya untuk membuka usaha, Line's Bakery & Cafe. Cafe yang lengkap dengan berbagai macam kue, dessert, ice cream, jus dan kopi. Karena letaknya yang strategis, cafe Nora mendapat banyak antusias dari masyarakat dan wisatawan.
Dalam dua bulan sejak kepindahannya ke Swiss, ia melakukan banyak hal. Beruntung ia mendapat ruko 2 lantai yang bisa ia gabung menjadi cafe dan rumah tinggal. Setelah itu melakukan renovasi total, pembelian kebutuhan rumah tangga, bahan baku dan alat, rekrutmen pegawai dan pemasaran.
Nora di bantu beberapa pegawai untuk mengelola cafe yang buka dari jam 10 pagi sampai jam 8 malam ini. Adapun keuangannya, ia yang tangani sendiri. Ia cukup beruntung memiliki pegawai yang solid.
Nora berdiri disamping meja etalase. Senyumnya terbit saat matanya memandangi pelanggan yang datang di hari pertama pembukaan cafenya.
"Bagaimana, kau senang?" tanya seorang gadis muda yang berdiri disamping Nora.
Nora menoleh ke gadis sebelahnya, Irene. Usianya lebih tua 1 tahun darinya, Irene adalah anak bungsu dari pasangan pemilik ruko yang Nora beli. Ia memiliki kakak laki-laki yang sudah menikah, orang tuanya juga mengelola toko jam tangan yang sangat terkenal di kota ini. Tokonya tepat disamping cafe Nora.
Dua bulan ini, Nora dekat dengan mereka. Mereka juga sudah mengetahui apa yang terjadi pada Nora. Nora merasa bersyukur karena mereka menganggap dirinya sebagai keluarga."Tentu, aku sangat senang. Terima kasih sudah banyak membantu ku", jawab Nora masih dengan senyumnya.
"Tentu saja, sebagai keluarga kita harus selalu membantu bukan", ucap Irene dengan menaik turunkan alisnya. Ia memang tipe orang yang mudah berbaur.
"Emmh", keluh Nora sambil memegang perutnya.
"Perut mu mual lagi Nora? Astaga, wajah mu juga pucat", ucap Irene khawatir.
Memang sudah hampir satu minggu ini ia merasa mual dan pusing, tapi ia menganggap kalau itu karena ia kelelahan saja.
"Iya, mungkin aku kelelahan saja", jawab Nora.
"Tapi kau sudah beberapa hari seperti ini Nora, bahkan aku melihat mu muntah-muntah kemarin. Sebaiknya kau istirahat dulu, ayo aku antar kau keatas", ajak Irene
Nora hanya mengangguk karena kepalanya cukup pusing. Irene merangkul bahu Nora dan mengantarkannya sampai kamar.
"Sebaiknya kau tidur sekarang, biar aku yang mengurus cafe mu", ucap Irene.
Nora hanya mengangguk dan mulai memejamkan matanya.
Setelah memastikan Nora istirahat, Irene beranjak keluar. Setelah menutup pintu kamar Nora, ia bersandar sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
NORA
RomanceHal tak terduga menimpa seorang gadis berusia 20 tahun, Nora. Kedua orang tua meninggal secara tragis. Belum genap sehari berduka, dia harus pergi untuk menyelamatkan nyawanya dari pembunuh orang tuanya. Mencari tempat berlindung sementara, untuk me...