Beberapa menit yang lalu, Nora telah menyelesaikan makan siangnya. Saat ini ia tengah menikmati berita di televisi sambil mengusap perutnya yang sudah membesar. Usianya sudah memasuki 9 bulan dan diperkirakan 1 minggu lagi ia akan melahirkan.
Tatapan Nora memancarkan kerinduan pada sosok utama yang ada di televisi, Ethan. Sudah beberapa hari ini berita tentang Ethan memenuhi saluran televisi yang ada di Swiss.
"Mom rindu pada daddy mu sayang", lirih Nora yang tanpa sadar meneteskan air matanya.
"Bohong jika mom tidak membutuhkan daddy mu disini".
"Setiap malam mom ingin selalu diusap olehnya, selama ini kita hanya ditemani oleh fotonya".
"Hiks, apakah dia tahu jika kau hadir didalam perut mommy sayang?"
"Maaf, maafkan mommy jika mommy egois, hiks".
Nora menekan dadanya yang terasa sesak, sampai ia merasakan cairan yang keluar dari tubuhnya.
"Uhhh, astaga. Air ketubanku sudah keluar".
Bulir-bulir keringat bermunculan di kening dan leher Nora, wajah Nora tercekat menahan gejolak yang ia rasakan pada perutnya.
"Uhh, sebentar sayang", Nora mengambil ponsel yang ada di meja, sebelah tangannya menahan perutnya. Nora segera mencari kontak Esmee dan meneleponnya.
"Esmee, to-tolong.. Ak-aku akan melahirkan", lirih Nora.
"Astaga Nora, aku akan ke atas. Kau tenang dahulu okey".
Tidak ada 1 menit, Esmee sudah menghampiri Nora bersama rekan yang lain.
"Oh Nora, sebaiknya kau digendong saja ya. Antony sudah menyiapkan mobil", Esmee begitu khawatir.
"Aku masih bisa berjalan".
"Kau yakin?".
Nora mengangguk, Esmee pasrah dan meminta rekannya untuk membantunya memapah Nora menuju mobil.
"Hati-hati Nora".
"Tolong kabari paman, bibi dan Irene".
"Tentu saja, aku akan mengabari mereka begitu kau sudah ditangani dokter".
Pegawai Nora yang lain dengan sigap membantu Nora, membawakan tas yang sudah Nora siapkan jika hari lahiran tiba. Nora, Esmee dan Antony langsung menuju rumah sakit. Sesampai disana Nora langsung dibawa ke ruang bersalin dan tak lupa Esmee mengabari paman, bibi dan juga Irene.
Di ruang bersalin, dokter dan perawat sangat sigap menangani Nora.
"Nona, sekarang ikuti instruksi saya".
"Tarik nafas, hembuskan pelan-pelan dan sekarang mengejanlah nona".
"Ukhhh", Nora mencengkeram selimut dengan sangat kuat. Tubunya penuh dengan keringat.
"Lakukan lagi nona, pelan-pelan dan anda harus tenang".
"Akhhh"...
"Tuhan, tolong aku dan putraku hanya Kau yang bersama kami saat ini".
Dokter terus membantu Nora proses persalinan dan salah satu perawat mengelap keringat yang ada di wajah dan leher Nora.
"Ayo nona, tarik nafas kembali hembuskan pelan-pelan dan mengejan. Kepala bayi anda sudah terlihat nona".
"Huh huh", Nora mengambil napas dalam.
Ketegangan dirasakan juga di luar ruang bersalin. Paman Eric, Bibi Sophia dan Irene sudah datang beberapa menit lalu, Esmee pun masih ada disini untuk mengurus keperluan Nora.
KAMU SEDANG MEMBACA
NORA
RomanceHal tak terduga menimpa seorang gadis berusia 20 tahun, Nora. Kedua orang tua meninggal secara tragis. Belum genap sehari berduka, dia harus pergi untuk menyelamatkan nyawanya dari pembunuh orang tuanya. Mencari tempat berlindung sementara, untuk me...