Part 3 : Christopher

12.1K 395 1
                                    

Sydney, Australia

Di ruangan yang di dominasi warna abu-abu, pria dengan tinggi 189 cm itu sibuk berkutat dengan berkas-berkas. Lembar demi lembar ia baca, tak lupa kaca mata yang bertengger di matanya menambah kesan wibawanya. Rambut coklatnya terlihat mengkilap akibat pantulan cahaya dari kaca. Jas kebesarannya ia tanggalkan, menyisakan kemeja hitam yang lengannya ia tekuk sampai siku. Sungguh tampan.

Ethan Dominic Christopher, billionaire muda yang menguasai kerajaan bisnis di Australia. Tepat tiga bulan lalu saat usianya genap 25 tahun, ia diberikan kuasa penuh untuk mengurus bisnis keluarga Christopher Industries sebagai CEO. Bahkan saat usianya masih 20 tahun, ia berhasil mendirikan perusahaannya sendiri yang tentunya tetap ia urus bersamaan dengan perusahaan keluarganya.

Seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya, tak lama pintu dibuka dari luar. Ketukan dan derap langkah seseorang tak sedikitpun mengganggu Ethan, ia masih sibuk membaca berkas yang menjadi perhatiannya sejak tadi.

"Permisi Tuan," ucap seseorang itu dengan sopan. Ia adalah Willy, sekretaris sekaligus asisten pribadi Ethan. Ia sudah bekerja kepada Ethan sebelum Ethan berhasil mendirikan perusahaannya sendiri.

"Ada apa Will?" tanya Ethan tanpa menatap Willy.

Willy masih berdiri sopan di tempat, ia tahu jika bosnya ini sangat giat bekerja.

"Untuk makan siang, apakah Tuan ingin makan di restoran atau saya pesankan?"

Kali ini Ethan menatap Willy dengan kedua siku yang ia topang ke meja.

"Aku akan makan disini Will, pesankan aku barramundi, pumpkin soup dan kopi."

"Baik Tuan, mohon ditunggu," Willy bersiap beranjak dari posisinya namun diurungkan karena inturepsi dari Ethan.

"Tunggu Will, apakah setelah ini ada rapat atau pertemuan?"

"Tidak Tuan, tidak ada pertemuan apapun sampai sore nanti, tapi nanti malam Tuan perlu menghadiri makan malam di mansion utama sesuai ajakan dari Tuan Besar kemarin."

"Baiklah, aku akan datang. Kamu bisa kembali ke tempat mu Will."

"Baik Tuan, saya permisi."

Setelah Willy keluar dari ruangannya, Ethan menyandarkan tubuhnya ke kursi kebesarannya dan sedikit merenggangkan otot tangannya. Ia beranjak dari kursinya menuju dinding kaca. Bisa ia lihat gedung-gedung, jalan, danau dan tempat rekreasi, dengan matanya ia melihat seksama.

Dalam pikirannya, banyak perjuangan dan kerja keras yang sudah ia lakukan untuk sampai di titik ini. Ia menjadi CEO di dua perusahaan sekaligus, Christopher Industries perusahaan keluarganya dan Pride Inc perusahaan telekomunikasi yang ia bangun sendiri. Karena Christopher Industries adalah perusahaan raksasa di Australia, sedah jelas kalau banyak waktu yang akan ia habiskan untuk mengurusnya, untuk perusahaannya sendiri ia cukup lega karna adiknya mau membantu mengurusnya dengan pengawasan langsung dari Ethan.

Huhh, nafas pelan terdengar dari napas Ethan. Ia masih bersedekap mengamati segalah hal dibalik dinding kaca ruangannya. Tiga bulan kebelakang ini pekerjaannya semakin banyak, ia hanya menghabiskan waktunya untuk bekerja dan bekerja. Setelah ia resmi menggantikan ayahnya sebagai CEO, ia harus menghadiri banyak pertemuan, me-rekonsiliasi struktural perusahaan dan pengembangan sistem perusahaan.

.....

Saat ini Ethan sudah berada di apartemennya. Ya, dua tahun lalu Ethan memutuskan untuk tinggal sendiri di apartemennya dan orang tuanya pun mengizinkan. Apartemen dengan tipe presidential suite room yang menjadi rumahnya saat ini. Tentu saja ia bisa membeli mansion yang lebih besar dari mansion utama, tapi untuk saat ini ia merasa belum memerlukannya. Ia lebih memilih membeli gedung-gedung industri seperti gedung apartemen yang ia tinggali ini.

NORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang