02. Perjalanan yang Melelahkan

2.2K 88 0
                                    

Hari Sabtu yang dinanti akhirnya tiba, yaitu hari di mana mahasiswa KKN akan melaksanakan survei ke daerah yang akan menjadi tempat mereka mengabdi nanti.

Suasana pagi masih sangat gelap, tetapi Syila sudah siap dengan jas almamater hijau kebanggaan kampusnya serta jilbab berwarna mint. Perempuan itu mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas, hendak mengabari Amanda bahwa ia sudah siap.

Nasyila :
Manda, aku udah siap ya.

Sedetik kemudian pesan balasan dari Amanda masuk ke ponsel Syila. Ia segera membukanya.

Amanda :
Oke, Syila. Tunggu sebentar ya, sopirnya baru otw.

Setelah membaca pesan balasan dari Amanda, Syila kembali duduk di atas kasur. Sopir yang dimaksud oleh Amanda adalah orang yang akan mengantar mereka dengan mobil rental ke lokasi KKN.

"Syila, kok belum berangkat?" tanya Nira yang berdiri di pintu kamar Syila.

"Amanda baru otw ke sini, Ma," jawab Syila, lalu menghampiri Nira.

"Oh, ya sudah kamu tunggu di depan aja biar kalau dia datang nanti tinggal keluar," saran Nira yang disetujui oleh Syila.

Syila pun berjalan ke ruang tamu dan duduk di salah satu sofa. Tak lama kemudian Nira menghampirinya dan menyerahkan dua lembar uang seratus ribu.

"Ini uang yang dikasih sama Papa kemarin," ujar Nira seraya duduk di samping Syila.

"Makasih, Ma," jawab Syila seraya menerima uang tersebut dan memasukkan ke dalam dompetnya.

"Coba kamu cek lagi, ada barang yang ketinggalan nggak."

Syila mengangguk, lalu membuka tasnya untuk mengecek barang yang akan dibawanya untuk survei KKN. Buku tulis, pulpen, mukena, dompet, sebotol air mineral, charger serta earphone, semuanya sudah masuk ke dalam tasnya.

"Udah semua, Ma. Lagian cuma survei aja, jadi nggak perlu bawa banyak barang." Syila menutup ritsleting tasnya.

Nira hanya manggut-manggut, "Pulangnya kapan?" tanyanya kemudian.

"Kalau cepat selesai, paling nanti sore udah bisa pulang," jawab Syila. Jarak tempuh dari kota tempat tinggalnya - Banda Aceh - ke daerah KKN diperkirakan sekitar 4-5 jam, kalau mereka berangkat pukul 7 nanti, kemungkinan sebelum masuk waktu zuhur sudah tiba di lokasi KKN, yaitu Bireuen.

Ponsel Syila berdering, tertera nama Amanda di sana. Ia langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Assalamualaikum, Syila. Manda udah di depan masjid, rumah Syila yang mana, ya?" tanya Amanda di seberang sana.

"Waalaikumsalam, Manda. Lurus aja sedikit lagi, nanti ada pagar hijau di sebelah kanan, pas di samping kafe. Tunggu di depan pagar aja, ya," jawab Syila, lalu bergegas keluar rumah untuk mengenakan sepatunya.

"Oke, Syila. Eh ini pagar hijau, ya. Di samping Library Coffe bukan?"

"Iya, betul. Tunggu sebentar, ya, aku lagi pakai sepatu."

"Oke, Syila. Manda tunggu di sini. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Syila memasukkan ponsel ke dalam tas usai panggilan dari Amanda berakhir.

"Itu mobilnya?" tanya Nira seraya menunjuk mobil Avanza hitam yang berhenti di seberang jalan.

"Iya, Ma. Syila berangkat, ya. Assalamualaikum." Syila mencium punggung tangan Nira.

"Waalaikumsalam, hati-hati."

***

"Hai, Syila, Manda!" sapa Giska begitu Syila dan Amanda turun dari mobil.

Sandyakala TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang