25. Haikal

710 38 5
                                    

Pagi-pagi sekali Syila sudah selesai membersihkan ayam yang akan dimarinasi dibantu oleh Fitri dan Amanda. Ia dengan cekatan mematuhi instruksi Fitri dalam langkah-langkah merebus ayam.

Setelah selesai direbus dan diberi bumbu, ayam tersebut dimasukkan ke dalam wadah tertutup dan disimpan di dalam kulkas. Fitri sudah berpamitan untuk menghadiri acara posyandu yang diadakan di pantai yang sama dengan lokasi acara bakar-bakar ayam.

"Syil, jam berapa kita berangkat?" tanya Amanda.

"Enggak tahu, Man. Coba tanya Kafi dulu."

"Syila aja yang tanya. Oh iya, ibu ajak Manda ke kondangan juga, temani ibu katanya. Syila nggak apa-apa pergi sendiri ke pantai, 'kan? Ibu simpan motornya untuk Syila bawa, kok."

Syila menghela napas, ia mengangguk pasrah. "Aku ajak Ikhlas deh, Man. Nggak enak banget sendirian di motor."

Amanda terkekeh, "Iya, ajak aja, Syil. Manda mau mandi dulu, ya." ujarnya, kemudian berjalan ke kamar mandi.

Syila mengangguk dan berjalan ke kamar, ia mengambil ponsel untuk menghubungi Ikhlas melalui panggilan telepon.

"Assalamualaikum, kenapa, Kak?" tanya Ikhlas begitu panggilan terhubung.

"Waalaikumsalam, Ikhlas di mana?"

"Ikhlas di rumah, Kak. Kenapa?"

"Nggak apa-apa, kakak cuma mau bilang kalau nanti Ikhlas pergi sama kakak aja, ya. Soalnya Manda pergi sama ibu ke kondangan."

"Oh, iya, Kak. Ikhlas juga mau bilang itu sama kakak, soalnya 'kan Kak Fitri udah pergi duluan karena acara posyandu."

"Oke, kalau gitu kakak tanya Bang Kafi dulu jam berapa kita berangkat, ya."

"Oke, Kak. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Setelah memutuskan sambungan telepon dengan Ikhlas, Syila segera mengirim pesan untuk Kafi. Namun, rentetan pesan yang dikirim Syila tak kunjung dibalas oleh Kafi. Bahkan, lelaki itu belum membacanya.

Ini orang ke mana, sih? Batin Syila.

"Kenapa, Syil?" tanya Amanda yang baru kembali dari kamar mandi.

"Kafi enggak balas chat aku, gimana?"

"Samperin aja ke kantor, Syil. Mungkin lagi nggak pegang hp."

Menghela napas, Syila menuruti saran Amanda. Dengan perasaan kesal, ia mengambil kardigan yang tergantung di belakang pintu dan memakainya, lalu memakai jilbab dan mengambil kunci motor Beat milik Bu Mulya yang terletak di samping televisi.

Saat mengeluarkan motor, tiba-tiba Ikhlas datang menghampiri Syila. Anak lelaki itu meminta ikut ke kantor desa untuk menemui Kafi. Syila menyetujui, ia pun langsung menghidupkan mesin motor dan berlalu meninggalkan halaman rumah Bu Mulya.

Tak sampai 5 menit, Syila dan Ikhlas sudah tiba di depan kantor desa. Kedua orang itu langsung berjalan menaiki anak tangga dan berdiri di depan pintu yang sedikit terbuka.

Syila sedikit melongok untuk mencari Kafi, namun ia malah mendapati seorang lelaki sedang duduk di atas kursi sembari bermain ponsel. Syila yakin lelaki itu adalah teman yang diceritakan oleh Kafi kemarin.

"Permisi, ada Kafi?" tanya Syila seraya mengetuk pintu yang sedikit terbuka itu.

Lelaki itu mendongak, "Oh iya, Kafi lagi tidur," jawabnya.

"Tidur?" beo Syila.

Lelaki itu mengangguk, "Iya, dia tidur lagi setelah salat subuh, kayaknya masih kelelahan karena menyetir motor semalam."

Sandyakala TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang