Kafi duduk termangu di kursi kayu depan kantor desa. Pikirannya melayang jauh pada perkataan ibunya sebelum ia merantau ke Banda Aceh 3 tahun silam.
Kamu boleh merantau sejauh mungkin, tapi harus selalu ingat pesan Amak.
Mengembuskan napas panjang, Kafi bersandar di kursi tersebut. Lelaki yang mengenakan sweater abu-abu tua itu kembali terdiam. Pikirannya berkecamuk, namun entah apa yang membuatnya seperti itu. Ia masih belum sepenuhnya paham dengan dirinya sendiri.
Ponsel yang ada di genggaman Kafi berdering, menandakan ada panggilan masuk. Lelaki itu segera menggeser ikon hijau di layar ponselnya begitu membaca nama sang ibu terpampang di sana.
"Assalamualaikum, Amak. Apa kabar?" sapa Kafi begitu panggilan terhubung.
"Waalaikumsalam. Alhamdulillah, Amak baik. Kafi gimana di sana? KKN-nya lancar, 'kan?" seru perempuan yang dipanggil Kafi dengan panggilan 'Amak' itu.
Terdengar helaan napas panjang dari hidung Kafi. Ia ingin menceritakan semua yang dialaminya kepada ibunya itu, namun ia masih belum yakin sepenuhnya.
"Kenapa? Kok panjang banget narik napasnya? Capek, ya?"
Kafi menggeleng meskipun tahu bahwa sang ibu tak dapat melihatnya. "Kafi rindu Amak dengan Apa," ujarnya. Ia tak berbohong saat mengatakan itu, ia benar-benar merindukan ibu dan ayahnya.
Sang ibu tertawa di seberang sana, "Sabar, nanti juga kamu pulang kalau udah libur semester, 'kan?"
Kafi mengangguk, "Kayaknya tahun depan baru bisa pulang, Mak. Nunggu penelitian dulu, kalau bisa Kafi naik seminar semester ini juga."
Selanjutnya yang terjadi adalah obrolan ringan dari sepasang ibu dan anak itu yang berlangsung hampir 1 jam lamanya. Setelah menutup sambungan telepon, sebuah notifikasi masuk ke ponsel Kafi. Syila mengirim pesan di grup KKN.
KKN Hutan Mekarsari
Nasyila : Chargermu di sini, Kaf
__________
Kafi menepuk jidatnya, hampir lupa bahwa tadi sepulang dari pantai ia menitipkan charger ponselnya pada Syila. Lelaki itu melirik baterai di layar ponselnya.
10 persen lagi!
Segera ia ketik pesan balasan untuk Syila melalui grup KKN.
KKN Hutan Mekarsari
Alkahfi : Bisa kamu antar ke sini, Nas?
Liviana : Antar tu, Nas.
Amanda : Iya, Nas. Antar tuh
__________
Kafi tergelak membaca pesan dari kedua temannya yang ikut-ikutan memanggil Syila seperti dirinya. Diam-diam ia menarik sudut bibirnya ke atas kala membayangkan betapa kesalnya Syila sekarang. Lelaki itu kembali mengirim pesan di grup.
KKN Hutan Mekarsari
Alkahfi : Baterai udah mau habis ini, Nas.
Nasyila : Ya udah, terserah!
Alkahfi : Oke, ditunggu di kantor, Nas.
Nasyila : Nggak mau antar.
__________
Menghela napas, Kafi tahu Syila tak akan mau mengantar chargernya ke sini. Dengan langkah tergesa ia berjalan masuk ke dalam kantor, memanggil Septian yang baru memejamkan matanya. "Sep! Temani aku ke rumah ibu, yok!" serunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala Terindah
RomanceDipertemukan karena Kuliah Kerja Nyata (KKN), diam-diam Nasyila Eiliya mulai mengagumi sosok Alkahfi Pratama, lelaki yang merupakan teman sekelompoknya. Awalnya Syila - begitu orang-orang memanggilnya - berpikir hanya sekadar kagum pada lelaki yang...