41. Kilas Balik

723 33 0
                                    

Dalam hidupnya, Syila sudah mengalami banyak sekali kegagalan. Ia pernah gagal mengambil jurusan yang diinginkan, gagal lulus kuliah tepat waktu, gagal berkali-kali dalam berbagai tes dan interview kerja, serta gagal dalam percintaan. Syila tidak bernasib buruk karena mengalami kegagalan tersebut, tetapi ia sedang menghabiskan jatah gagalnya di usia muda.

Syila sudah mencoba untuk berdamai dengan semua kegagalan itu. "Kegagalan adalah awal dari kesuksesan", kalimat itu merupakan kalimat yang selalu menjadi penyemangat untuk dirinya.

Kini, Syila merasa perjuangannya sudah sedikit membuahkan hasil. Syila tak menyangka novelnya yang berjudul "Sandyakala" terpilih dalam event Antakara's Got Talent untuk kategori romansa. Syila lebih tak menyangka lagi ia akan dikontrak menjadi penulis oleh Antakara Pustaka, salah satu penerbit mayor di Indonesia.

Walaupun dulu Syila tidak bisa mengambil jurusan kuliah sesuai keinginannya, tetapi Syila bersyukur kini ia bisa mewujudkan impiannya menjadi penulis. Syila benar-benar merasa bersyukur atas segala keberkahan yang diberikan oleh Allah untuknya.

Syila menatap sebuah koper yang sudah diisi berbagai perlengkapan miliknya. Ia akan berangkat ke Jakarta untuk menghadiri acara puncak Antakara's Got Talent.

Acara tersebut akan diadakan 5 hari lagi. Tetapi, Syila memilih berangkat hari ini karena ia ingin sekalian mengunjungi sepupunya di kota Lhokseumawe. Syila berencana menginap di sana 1 malam, baru setelah itu ia melanjutkan perjalanan ke Medan. Syila memilih naik pesawat dari Bandara Kualanamu, Medan.

"Syila, semuanya udah siap?" tanya Nira sembari melangkah masuk ke dalam kamar Syila.

"Udah, Ma!" jawab Syila bersemangat.

"Semangat banget," kekeh Nira. Ia berjalan duduk di atas kasur.

Jelas Syila sangat bersemangat. Ini merupakan perjalanan jauhnya untuk pertama kali seorang diri. Syila sudah sangat lama memimpikan hal ini. Akhirnya sekarang mimpinya akan menjadi kenyataan.

Ponsel Syila yang terletak di atas kasur berdering. Tertera nomor sopir mobil travel yang dipesannya sebagai pemanggil. Syila pun langsung menjawab panggilan tersebut.

"Mobilnya udah di depan?" tanya Nira begitu panggilan berakhir.

Syila mengangguk, "Iya, Ma. Syila berangkat, ya," ujarnya seraya menarik koper keluar dari rumah.

Nira berjalan mengekori Syila, ia terkejut begitu melihat di depan rumah sudah ada suaminya dan Saskia. Pasti mereka juga ingin berpamitan pada Syila.

"Kok tiba-tiba udah pulang kalian?" tanya Nira heran.

Saskia cengengesan, "Dosennya nggak datang, Ma. Lagian Kia mau pamit sama Kak Syila. Setelah ini dia 'kan mau pergi jauh."

"Tumben banget, biasa juga mana peduli," cibir Syila.

"Ih, kali ini 'kan perginya lama. Mana tahu bakal tinggal di sana bertahun-tahun, 'kan udah dikontrak sama penerbit. Ntar kalau udah makin terkenal jangan sombong-sombong!" peringat Saskia yang otomatis membuat Syila tertawa.

"Malah ketawa!" ucap Saskia kesal.

Syila semakin tertawa lebar, ia peluk Saskia agar adiknya itu tidak cemberut terus. Kemudian ia beralih memeluk ayahnya. "Syila berangkat, ya, Pa. Papa baik-baik di sini," ujarnya seraya mengusap punggung ayahnya.

"Iya, kamu hati-hati. Nanti kalau udah sampai di Lhokseumawe kabari kita," ujar ayah Syila.

Syila mengangguk seraya mengacungkan jempolnya, "Sip, Bapak Negara!" Setelah itu ia beralih memeluk ibunya.

"Syila berangkat dulu, ya. See you everyone!!" ujar Syila bersemangat seraya melambaikan tangannya kepada 3 orang yang berdiri di depan rumahnya.

Sandyakala TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang