"Ish, kesel banget!" Syila memukul-mukul boneka beruang yang ada di pangkuannya.
"Kenapa, sih?" tanya Riska heran.
"Syila kenapa?" Perempuan berkulit putih yang duduk di samping Riska - Shafa - ikut bertanya. Namun, Syila masih tidak menjawab pertanyaan kedua sahabatnya itu.
"Nggak jelas banget!" seru perempuan satunya lagi - Nisa - yang sedang rebahan di atas ranjang.
Selain Riska, Syila mempunyai 2 sahabat lagi yang sejurusan dengannya, yaitu Shafa dan Nisa. Dan saat ini mereka sedang berada di tempat yang biasa menjadi basecamp mereka, yaitu indekos Shafa.
"Agak aneh emang nih anak, dari pulang survei KKN semalam, jadi nggak jelas banget!" lanjut Riska lagi.
"Menurut kamu, ada teman-teman aku yang sadar nggak, sih? Atau dia sendiri emang sadar?"
Riska, Nisa dan Shafa menghela napas panjang. Mereka harus benar-benar bersabar menghadapi orang seperti Syila.
"Gini ya, Syil. Kamu itu dari tadi nge-reog nggak jelas gitu, terus tiba-tiba nanya pertanyaan yang kita sendiri nggak paham apa maksudnya. Kamu lagi sakit apa gimana?" gerutu Riska.
Menghela napas, Syila menggeser duduknya agar berdekatan dengan Riska dan Shafa. "Kalian tahu nggak, semalam itu ada tragedi," ucapnya dengan wajah serius.
"Tragedi apa, Syila?" tanya Shafa dengan raut wajah polosnya.
"Kalian sampai di rumah jam berapa semalam?" Bukannya menjawab pertanyaan Shafa, Syila malah balik bertanya.
"Jam 9 Shafa udah di kos kok," jawab Shafa.
Riska mengangguk, "Aku kayaknya sekitar jam segitu juga sampai di rumah."
"Aku juga!" sahut Nisa.
"Aku baru sampai di rumah jam 1."
"Hah? Kok bisa?" kaget Riska dan Nisa bersamaan. Bahkan Nisa yang sedang rebahan langsung bangkit dari posisi tidurnya.
"Itu dia, karena ada tragedi yang aku bilang tadi. Makanya jadi telat sampai di rumah." Syila menatap ketiga temannya bergantian hingga membuat mereka semakin penasaran.
"Tragedi apa, sih?" tanya Nisa kesal.
"Tragedi pohon tumbang," jawab Syila lesu.
"Terus, kalian tahu? Ada hal yang memalukan banget!" Syila menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Entah kenapa, ia masih saja sangat malu jika mengingat kejadian semalam.
"Apaan?" tanya Riska gemas. Rasanya ingin sekali ia mengacak-acak wajah orang menyebalkan yang sayangnya merupakan sahabatnya itu.
"Gini, guys. Kalian tahu 'kan kalau aku itu susah banget untuk tidur di mobil?" Syila kembali bertanya hingga membuat Nisa melemparnya dengan bantal-bantal yang ada.
"Kamu kenapa malah lemparin aku, sih?" kesal Syila, lalu memindahkan bantal yang menimpa wajahnya ke pinggir ranjang.
"Kamu itu, dari tadi bukan langsung ke intinya. Malah bertele-tele banget!" sungut Nisa.
"Ya, sabar dong. Aku 'kan mau menjelaskan sedetail mungkin."
"Ya udah, buruan!"
"Kamu ini, nggak sabaran banget. Lihat tuh Shafa dan Riska nggak banyak protes." Syila mendengkus.
Nisa hanya bisa menghela napas lagi, Syila benar-benar menguji kesabarannya.
"Jadi gini, guys. Selama perjalanan pulang semalam, semua teman-temanku ketiduran di mobil. Aku bosan dong sendirian nggak ada teman ngobrol, akhirnya aku memutuskan untuk ikut tidur juga. Emang awalnya susah banget, tapi aku nggak ngerti kenapa aku bisa ketiduran." Syila menjeda sejenak ucapannya, lalu menarik napas sedalam mungkin dan mengembuskannya perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala Terindah
RomanceDipertemukan karena Kuliah Kerja Nyata (KKN), diam-diam Nasyila Eiliya mulai mengagumi sosok Alkahfi Pratama, lelaki yang merupakan teman sekelompoknya. Awalnya Syila - begitu orang-orang memanggilnya - berpikir hanya sekadar kagum pada lelaki yang...